Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad membuka Konferensi Pelanggaran HAM dan Kejahatan Perang yang melibatkan militer AS dan Inggris.
Dalam satu jam sambutannya di hadapan peserta konferensi, ia meminta agar Presiden AS George Bush dan PM Inggris Toni Blair diajukan ke pengadilan kejahatan HAM alternatif dengan tuduhan pelaku kejahatan perang di Irak.
Mahathir mempelopori aksi penyidangan para pelanggar HAM dan menggugat sikap hipokrit yang dilakukan AS yang berkedok ingin menegakkan demokrasi di Timur Tengah. Karena slogan penegakan demokrasi yang selalu diangkat oleh AS dan Inggris itu, ternyata tidak berlaku sama sekali di Palestina.
Ketika Mahathir menyampaikan ceramahnya di aula utama tempat pelaksanaan konferensi, terdengar pula suara suara rekaman teriakan dan rintihan yang mengisi seisi ruangan gedung yang sedang melakukan pameran kejahatan HAM dengan tema "Rumah Ketakutan."
Pameran itu berlangsung di bawah gedung. Para pengunjung berdatangan dan memulai kunjungan mereka dengan melewati sebuah foto seorang anak yang terluka bakar hampir sekujur tubuhnya, akibat sebuah ah bom kimia yang dijatuhkan pasukan AS di Irak. Pengunjung juga disuguhkan gambar-gambar tentang ruang-ruang penjara Abu Ghraib dan Guantanamo, di mana pasukan AS secara sadis menyiksa para tawanan Muslim di lokasi tersebut.
Sebelum ini, Mahathir memang mengatakan niatnya untuk membentuk pengadilan penjahat HAM alternatif, menandingi pengadilan internasional di Den Haag. Pembentukan pengadilan penjahat perang itu akan difokuskan kepada korban pelanggaran HAM di Irak, Libanon dan Palestina. Dia mengatakan, pengadilan dan komisi penyelidik berkaitan dengan pengadilan itu diperlukan sebagai alternatif dari Pengadilan Kejahatan Antarbangsa yang berbasis do Denhaag, yang dituduh punya banyak masalah bersikap tebang pilih dalam kasus yang harus disidangkan. (na-str/assbl)