Hampir semua bantuan internasional yang dikirim ke Bulan Sabit Merah Suriah Arab disita oleh rezim dan tidak pernah mencapai warga sipil yang membutuhkannya, sebuah kelompok payung bantuan untuk negara yang dilanda perang itu, Rabu kemarin (7/11) melaporkan.
“Sembilan puluh, bahkan 95 persen dari segala sesuatu yang dikirim ke kantor pusat Bulan Sabit Merah Suriah di Damaskus disita oleh rezim Suriah, terutama tentara …,” kata Tawfik Chamaa, juru bicara Persatuan Organisasi Bantuan Medis Suriah (UOSSM).
UOSSM didirikan pada awal tahun terutama oleh dokter Suriah yang tinggal di luar negeri.
“Bantuan ini tidak akan mencapai warga sipil yang dibom setiap hari atau dikepung,” katanya kepada wartawan di Jenewa.
Dia menuduh bahwa uang tunai atau material yang dikirim ke Bulan Sabit Merah di Damaskus disita oleh pihak rezim.
Namun, Program Pangan Dunia membantah bahwa bantuan kepada Suriah sedang disita.
Chamaa, anggota pendiri kelompok payung dari 14 organisasi bantuan dari negara-negara asing termasuk Perancis, Swiss, Turki dan Amerika Serikat, mendesak lembaga-lembaga kemanusiaan yang lebih besar untuk memastikan bahwa bantuan yang dikirim benar-benar mencapai orang yang membutuhkan di Suriah.
Dia mengatakan konvoi 11 truk milik Program Pangan Dunia PBB (WFP), yang sebagian besar bantuan yang didistribusikan oleh Bulan Sabit Merah, baru-baru ini menghilang di Suriah utara.
Tapi juru bicara WFP Elisabeth Byrs mengatakan: “Saya percaya tidak ada penyitaan”.
“Monitor pangan WFP dapat mengunjungi daerah yang paling rawan untuk memeriksa bahwa makanan mencapai orang-orang yang paling membutuhkannya. Bahkan di beberapa daerah berbahaya, mereka menggunakan kendaraan lapis baja WFP.”
UOSSM, yang telah mendirikan sekitar 30 rumah sakit lapangan di sekitar Suriah dan saat ini sedang mencoba untuk membangun 30 tambahan, percaya bahwa negara yang dilanda perang itu sedang menuju bencana kemanusiaan, kata Chamaa.
Dia mengatakan bahwa untuk setiap salah satu dari lebih dari 36.000 orang yang telah tewas di Suriah sejak pemberontakan dimulai pada Maret tahun lalu, menurut aktivis, antara empat dan enam orang terluka.
Selain mereka yang secara langsung terkena dampak pertempuran, ada juga banyak orang yang sekarat yang mati secara perlahan – bukan karena tembakan peluru atau bom, tetapi hanya karena kurangnya obat-obatan dan akses ke perawatan medis untuk penyakit seperti kanker atau diabetes atau masalah kesehatan lainnya seperti kelahiran Caesar.(fq/afp)