Enam petugas medis asal Bulgaria dan seorang dokter asal Palestina, akhirnya lolos dari maut setelah mendapat kebebasan dari pemerintah Libya, untuk menghabiskan sisa tahanannya di negara mereka masing-masing.
Begitu mendapatkan kebebasan, keenam pekerja medis langsung dipulangkan dan tiba di Bulgaria, hari ini, Selasa (24/7). Mereka pulang dengan menggunakan pesawat kepresidenan Perancis dengan pengawalan tim yang antara lain terdiri dari pejabat komisi hubungan luar negeri Uni Eropa Benita Ferrero-Waldner dan staf kepresidenan Perancis Claude Gueant.
Juru bicara kementerian luar negeri Bulgaria menyatakan, enam pekerja medis yang divonis hukuman seumur hidup oleh pemerintah Libya, diizinkan untuk menghabiskan sisa hukumannya di negara asal mereka. Namun menurut jubir kementerian dalam negeri itu, mereka akan mendapat pengampunan begitu tiba di Sofia.
"Pernyataan pengampunan dari Presiden memang belum ada, tapi prosedurnya sedang diproses. Beberapa ketentuan teknis untuk prosedur ini, secara khusus akan dirinci lebih detil saat mereka tiba di Bulgaria, " jelas Dimitar Tsanchev pada televisi bTV.
Sementara itu kantor kepresidenan Perancis dalam pernyataan resminya menyatakan, "Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, menerima kesepakatan untuk pembebasan dan kepulangan mereka ke Bulgaria. "
Lima pekerja medis asal Bulgaria dan seorang dokter asal Palestina sempat mendekam di penjara selama delapan tahun, selama kasus mereka diproses di pengadilan. Mereka dituduh telah menginveksi anak-anak Libya dengan virus HIV/AIDS. Awalnya, mereka divonis hukuman mati, tapi hukuman diperingan menjadi hukuman seumur hidup.
Radio Bulgaria melaporkan suasana "euforia yang luar biasa" di bandara Sofia, menyambut kepulangan enam pekerja medis itu. Kedatangan mereka sudah ditunggu-tunggu oleh para kerabat dan sanak saudara.
"Kata-kata tidak penting… Saya hanya ingin memeluknya, kata Ivaylo Nikolchovski, putera dari Sneszhana Dimitrova, salah satu perawat pulang. (ln/aljz)