Ketua Partai Kadima Tzipi Livni berhasil membujuk saingannya Ehud Barak-Ketua Partai Buruh-untuk berkoalisi. Secara prinsipi, keduanya sepakat untuk membentuk pemerintahan baru yang akan dipimpin Livni. Dengan demikian, Livni hampir bisa dipastikan melaju dengan mulus untuk menjadi perdana menteri Israel.
Media-media massa Israel melaporkan penandatanganan draft kesepakatan koalisi tersebut. Namun sumber-sumber di Israel menyatakan, draft tersebut masih membutuhkan finalisasi sebelum diratifikasi oleh kedua partai yang berkoalisi. Mereka juga mengatakan, meski secara politik Partai Kadima dan Partai Buruh sudah berkoalisi, Livni masih harus berjuang keras untuk merebut suara mayoritas di parlemen. Sumber-sumber di Partai Kadima mengatakan, mereka terus berupaya mendekati Partai Shas, partai kalangan ultra ortodoks Yahudi agar mau bergabung dengan koalisi Livni.
Livni terpilih sebagai ketua Partai Kadima, menggantikan Ehud Olmert yang menyatakan mundur sebagai ketua partai sejak tersangkut kasus suap dan harus menjalani persidangan. Sejak terpilih sebagai ketua partai, Presiden Israel Shimon Peres memerintahkan Livni untuk membentuk pemerintahan baru.
Livni melakukan lobi dengan semua elemen partai di Israel agar mau berkoalisi dengan partainya agar bisa membentuk pemerintahan baru tersebut. Karena, jika pemerintahan baru gagal dibentuk sampai batas waktu yang ditentukan awal November mendatang, maka akan digelar percepatan pemilu parlemen.
Beban Livni sebagai ketua Partai Kadima cukup berat, karena citra partainya sedang merosot di mata publik Israel. Situasi memicu spekulasi akan kembalinya kekuatan Partai Likud pimpinan Benyamin Netanyahu. Berbeda Netanyahu yang garis keras, Livni selama ini dikenal cukup lunak dalam masalah Palestina.
Setelah berkoalisi, Partai Kadima dan Partai Buruh menyatakan akan melanjutkan upaya-upaya damai dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas. (ln/arby)