Lima Tahun Pendudukan AS, Lembaga Pendidikan di Irak Diambang Kehancuran

Tadinya lembaga akademis di Irak termasuk lembaga pendidikan yang prestisius di dunia Arab. Tapi kini, setelah lima tahun pendudukan AS di Irak, berbagai lembaga pendidikan di negeri itu diambang kehancuran.

Sekolah dan perguruan tinggi di Irak sangat miskin materi standar seperti buku dan intelejensia, karena dikoyak oleh kekerasan yang muncul pasca pasukan AS menginjakkan kakinya di Negeri 1001 Malam.

Hanan Yusuf, guru di sekolah Manshur di Baghdad mengungkapkan kesedihannya dalam lima tahun terakhir ini. Ia mengatakan, “Dalam satu kelas kini kami menampung 100 orang murid sehingga mereka sudah pasti tidak bisa mendapat perhatian cukup dari para guru karena jumlahnya yang melebihi kapasitas.”

Ia melanjutkan, “Khususnya mereka yang duduk di belakang, mustahil bisa mendengar apa yang dikatakan guru. Itu juga yang menyebabkan sebagian murid cenderung tidak sekolah dan tinggal di rumah.”

Sejumlah sekolah Irak memang mengalami ketidakmampuan menjalankan disiplin pendidikan yang harusnya dilakukan. Sebagian besar juga tidak mampu menyelesaikan target kurikulum yang harusnya dicapai.

Menurut Menteri Pendidikan dan Pengajaran Irak, Dr. Khudhair Khazai, hanya 29% saja dari remaja Irak usia 17 tahun yang ikut ujian akhir tahun. Kebanyakan lembaga pendidikan di Irak tidak mempunyai fasilitas mendasar untuk melakukan aktivitas belajar mengajar seperti buku dan laboratorium.

Sementara itu, menurut UNICEF, sejak tahun 2006 lebih dari 600 ribu anak Irak kini putus sekolah. “Terjadi penurunan drastis dari murid sekolah di Irak. Anak-anak yang belajar di luar kelas memiliki ancaman bahaya yang lebih besar ketimbang temannya yang belajar di dalam kelas.”

Selain itu, ancaman bahaya juga menimpa para guru di sekolah dan perguran tinggi. Laila Abdullah, yang bertugas sebagai manajemen dan strategi pendidikan di Kementerian Pendidikan Irak mengatakan, “Ada ribuan guru dan dosen Irak yang pergi dari Irak karena ancaman pembunuhan yang mereka terima dari kelompok bersenjata. Mereka sebagian ada yang memang diusir dari tempat tinggalnya dan ada juga yang eksodus ke luar Irak karena ancaman.” (na-str/iol)