Lima Tahun Invasi AS ke Irak, "Bush, Mana Janji-Janjimu… "

Rabu, 9 April kemarin menandai lima tahun invasi pasukan koalisi AS ke Negeri 1001 Malam, Irak yang berhasil menumbangkan pemerintahan Saddam Hussein. Sebagian rakyat Irak, mungkin pernah ada yang ikut merobohkan patung Saddam Hussein bersama-sama dengan pasukan koalisi, yang menjadi simbol kemenangan bagi mereka dalam menggulingkan pemerintahan yang dzalim.

Namun impian rakyat Irak akan kehidupan yang lebih baik setelah tumbangnya Saddam, tak pernah terwujud. Di bawah penjajahan AS dan sekutu-sekutunya, kondisi rakyat Irak justru lebih terpuruk sehingga banyak di antara rakyat Irak yang kembali merindukan masa-masa di bawah pemerintahan Saddam Hussein.

Peringatan lima tahun invasi pasukan asing ke Irak ditandai dengan aksi protes rakyat Irak terhadap keberadaan pasukan AS dan koalisinya di negeri itu. "Ketika saya melihat tank-tank AS berduyun-duyun masuk ke Baghdad, saya merasa bahagia dan penuh impian… mimpi Irak akan lebih sejahtera dan lebih maju. Tapi setelah itu, impian indah menjadi mimpi buruk karena yang ada hanya kehancuran dan penderitaan, " kata Sarah Yussef, seorang warga Baghdad.

"Jika sejarah bisa membawa saya kembali ke masa lalu, saya akan mencium patung Saddam Hussein di mana saya pernah ikut merobohkannya. Saya akan melindungi patung itu lebih dari diri saya sendiri, " kata Ibrahim Khalil mengenang peristiwa lima tahun lalu.

Ia melanjutkan, "Sekarang saya menyadari bahwa hari kejatuhan Baghdad, ternyata adalah hari yang hitam. Saya bertanya pada Bush ‘mana janji-janjimu untuk membuat Irak menjadi negara yang lebih baik?’. Masa Saddam ternyata lebih baik."

Meski demikian, Presiden Irak Jalal Talabani dalam pidatonya di televisi mengatakan bahwa, "9 April masuk dalam sejarah sebagai hari di mana kediktaoran yang paling arogan yang pernah kita saksikan akhirnya tumbang, kejatuhan sebuah rejim politik… yang telah meninggalkan kuburan massal yang berisi ratusan ribu orang yang tak berdosa."

Di Fallujah yang didominasi warga Arab Suni, ratusan orang turun ke jalan dan berkeliling kota sambil meneriakan slogan-slogan yang meminta pasukan AS segera angkat kaki dari Irak. Moqtada al-Sadr, tokoh pejuang Syiah yang sebelumnya menyerukan aksi massa anti-AS di kota Baghdad, membatalkan rencana aksi itu karena khawatir pasukan AS akan menyerang para pendukungnya.

Sementara itu, aksi-aksi kekerasan secara sporadis masih terjadi di kota Sadr, meski pemerintah Irak telah mengeluarkan larangan bagi kendaraan umum untuk tidak lalu lalang. Hari Rabu kemarin, sedikitnya tiga mortir menghantam kota Sadr yang berada di timur Baghdad.

"Lantai rumah sakit penuh darah anak-anak, " kata Dr Qasim al-Mudalla, manajer Rumah Sakit Imam Ali di kota Sadr.

Menurut Dr al-Mudalla hari itu rumah sakitnya menerima 11 pasien di antaranya empat anak-anak dan dua perempuan.

Kota-kota lainnya yang berada di sekitar Baghdad terlihat sepi. Toko-toko, kantor-kantor pemerintahan, sekolah, universitas tutup dan warga setempat hanya boleh keluar dengan berjalan kaki, untuk mencegah terjadi serangan bom mobil. (ln/aljz/al-arby)