Amerika Serikat merasa lega atas kesepakatan yang dicapai kelima negara anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB di tambah Jerman untuk mengajukan nota kerjasama (perundingan) kepada Iran dengan ancaman pemberlakukan sanksi apabila Iran tidak menghentikan pengayaan uranium.
Hal tersebut ditegaskan seorang pejabat tinggi Amerika yang tidak disebutkan namanya dalam pernyataan kepada pers, Jum’at (02/06). “Apa yang kami capai adalah komitmen sekutu kami bahwa apabila Iran tidak menjabat tangan yang diulurkan kepadanya maka DK PBB akan mengambil langkah-langkah penting. Langkah-langkah ini menjadi kuat,” kata pejabat Amerika ini menambahkan.
Dia menegaskan bahwa di hadapan Teheran hanya ada waktu beberapa minggu untuk menjawab inisiatif dari negara-negara besar ini.
Penegasan Amerika ini dikeluarkan beberapa jam setelah lima negara anggota tetap DK PBB ditambah Jerman sepakat menangguhkan membawa masalah nuklir Iran ke DK apabila Teheran menghentikan pengayaan uranium.
Ancaman Sanksi DK PBB
Dalam penutupan pertemuan negara-negara besar di Wina, Kamis (01/06) Menlu Inggris Margaret Beckett menegaskan kesiapan negara-negara besar untuk melanjutkan perundingan dengan Iran seraya berharap “penangguhan segala aktivitas yang berkaitan dengan pengayaan sebagaimana yang diminta Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA).”
Beckett menambahkan, “Kami juga menyepakati untuk mengambil langkah-langkah lain di DK apabila Iran memutuskan tidak menyambut perundingan ini.” Beckett menganggap bahwa sejumlah usulan – yang telah disepakatai Amerika, Inggris, Perancis, Rusia, Cina dan Jerman – merupakan dasar perundingan dengan Iran. Hal itu, menurut Beckett, juga memberikan kesempatan kepada Teheran untuk mencapai kesepakatan melalui perundingan.
Pertemuan di Wina tersebut dilangsungkan setelah adanya ancaman dari Presiden Amerika George W. Bush yang akan membawa masalah Iran ke DK apabila Teheran menolak menghentikan pangayaan uranium. “Apabila menolak menghentikan pengayaan uranium adalah jawaban pemerintah Iran atas usulan Amerika untuk melakukan pembicaraan langsung, maka langkah berikutnya, sekutu aliansi kami akan membawa masalah Iran ini ke DK PBB,” ungkap Bush saat konferensi pers di Gedung Putih sebelum pertemuan di Wina berlangsung.
Pernyataan Bush ini berselang setelah pihak Iran menyambut ajakan Amerika untuk melakukan dialog secara langsung soal program nuklirnya. Namun pihak Teheran menolak menghentikan pengayaan uranium yang dijadikan syarat oleh Washington bagi pelaksaan dialog seperti ini.
Pernyataan Teheran terebut ditegaskan Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki menanggapi pernyataan Menlu Amerika Condalizza Rice, Rabu (31/05), yang menyatakan bahwa pihaknya akan bergabung dengan negara-negara Eropa dalam melakukan pembicaraan langsung dengan pihak Teheran, apabila Iran menghentikan seluluruh aktivitas nuklirnya. Mottaki mengatakan bahwa apa yang disampaikan Rice tersebut “tidak mengandung ide yang baru” sama sekali. Dia menganggap apa yang dilakukan Amerika hanyalah upaya untuk menutupi kegagalannya di Irak dan di berbagai belahan dunia lainnya.
Satu-satunya Pilihan Bush
The New York Times edisi Kamis (01/06) menyatakan, usulan Washington untuk melakukan dialog langsung dengan dengan pihak Teheran ini adalah satu-satunya pilihan yang dimiliki Bush, setelah selama 27 tahun arah kebijakan politik Amerika selalu menolak melakukan pembicaraan hakiki dengan Israel.
Menurut The New York Times, Bush telah sampai pada titik di mana tidak ada lagi pilihan lain di hadapannya kecuali harus berunding dengan Iran. Hal itu dicapai Bush selama pembicaraannya dengan para sekutunya baik dari pihak Rusia, Cina atau dari rekomendasi-rekomendasi para penasehatnya.
“Telah nampak jelas bagi Presiden Bush selama sebulan kemarin bahwasanya tidak ada harapan mengumpulkan koalisi internasional untuk memberlakukan sanksi pada Iran atau melakukan serangan militer ke fasilitas-fasilitas nuklirnya, kecuali menunjukan penerimaannya masuk dalam pembicaraan yang melibatkan para pemimpin Teheran, terutama terkait dengan masalah Nuklir Iran, setelah semua pilihan non militer tidak ada lagi,” ungkap The New York Times. (was/aljzr-iol)