Pengadilan AS mendakwa lima imigran Muslim dengan tuduhan telah berkonspirasi merencanakan serangan ke basis militer AS di Fort Dix. Empat diantaranya juga dikenakan tuduhan terkait masalah senjata. Atas semua tuduhan itu, kelima warga Muslim yang sudah bertahun-tahun tinggal di Philadelphia itu terancam hukuman seumur hidup.
FBI menangkap mereka pada tahun 2007 dan mengklaim bahwa mereka berhasil membongkar rencana itu lewat strategi infiltrasi, sebuah program pencegahan aksi-aksi terorisme yang dicanangkan FBI setelah peristiwa serangan 11 September. Tim penyelidik kasus ini mengatakan, kelima imigran Muslim itu merencanakan pembunuhan tentara-tentara AS di Fort Dix karena terinspirasi oleh Usamah bin Ladin, pimpinan jaringan al-Qaida. Namun para juri pengadilan tidak menuding mereka terkait dengan kelompok-kelompok teroris asing tertentu.
Kuasa hukum kelima imigran itu menolak tuduhan pengadilan dan mengatakan bahwa rencana serangan tersebut cuma sebatas "obrolan" antara kelima tertuduh. "Mereka tidak serius ingin merencanakan sesuatu, mereka justru sudah menjadi korban manipulasi dari dua orang informan yang dibayar FBI," kata kuasa hukum kelima warga Muslim tersebut,
Ibu salah seorang tertuduh yang bernama Mohamad Shnewer membenarkan pernyataan kuasa hukum puteranya. Menurut Faten Shnewer, para informan itulah yang seharusnya dipenjarakan dan bukan anaknya beserta teman-temannya.
"Ini tidak adil. Pemerintah yang mengirim seseorang untuk mendorong anak-anak itu mengatakan sesuatu tentang rencana serangan tersebut," ujar Faten.
Kelima imigran Muslim yang dituduh merencanakan serangan ke Fort Dix antara lain, Mohamad Shnewer, imigran asal Yordania yang bekerja sebagai sopir taksi, Serdar Tartar, kelahiran Turki yang bekera sebagai pegawai toko dan Dritan, Eljvir serta Shain Duka, imigran asal Albania yang membuka usaha sendiri.
Pihak pemerintah AS menuding mereka merencanakan serangan ke Fort Dix di New Jersey dan telah memata-matai basis angkatan udara AS di Delaware, basis militer di Fort Monmouth dan instalasi militer lainnya. "Para kriminal ini memiliki kemampuan dan sudah menyiapkan rencana yang serius dan mematikan terhadap anggota militer kita," tuding Ralph Marra, jaksa penuntut di pengadilan New Jersey.
Rekayasa
Kasus ini mendapat perhatian dari komunitas Muslim di New Jersey. Mereka tidak percaya dengan tuduhan pemerintah atas kelima imigran Muslim tersebut. "Saya pikir mereka tidak bermaksud melakukan rencana jahat semacam itu. Kasus ini adalah hasil rekayasa pemerintah," kata Mohamad Yunus, ketua American Muslim Union.
Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR) cabang New Jersey, Jim Sues mengatakan, komunitas Muslim melihat kasus ini sebagai kasus jebakan. "Dari yang saya amati, ada peran besar dari informan pemerintah yang ikut bermain dalam kasus ini," kata Sues.
Sementara kedua informan FBI yang terlibat dalam kasus ini, juga imigran yang masuk AS secara ilegal dan memiliki catatan tindak kriminal. FBI menyuruh kedua infromannya itu berteman dengan para tertuduh dengan iming-iming bayaran sejumlah uang dan tawaran untuk mendapatkan status ilegal sebagai warga negara AS.
Dalam persidangan yang berlangsung selama delapan minggu, pemerintah hanya memberikan keterangan tentang informasi yang diberikan informan tersebut dan sejumlah percakapan yang direkam secara diam-diam. (ln/YN/bbc)