Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Moussa kembali menyampaikan desakannya pada Dewan Keamanan PBB, dalam pertemuan sehari menteri luar negeri negara-negara Arab, Minggu (4/3). Selain meminta PBB segera menentukan jadwal penarikan mundur seluruh pasukan asing di Irak, Moussa juga meminta adanya pemerataan kekayaan dan larangan bagi keberadaan semua milisi.
"Saya menyarankan agar hal itu dimasukkan dalam resolusi Dewan Keamanan PBB, dan semua kelompok di Irak harus mematuhi serta menghormati resolusi itu, " kata Moussa dalam pidatonya.
Negara-negara Arab selama ini sudah berusaha untuk membantu menyelesaikan konflik di Irak, namun peranan mereka ternyata tidak memberi pengaruh besar. Perwakilan Liga Arab di Irak, bahkan mengundurkan diri karena putus asa melihat situasi di Irak yang kian memburuk dan karena sikap negara-negara Arab yang dinilainya apatis terhadap persoalan Irak.
Dalam pertemuan kemarin, Turki yang baru pertama kali ikut dalam pertemuan Liga Arab, lewat menteri luar negerinya Abdullah Gul mengingatkan bahwa ketegangan etnis di kota Kirkuk, utara Irak bisa berdampak negatif bagi wilayah sekitarnya.
Turki berkepentingan dengan konflik di Irak, karena sejak lama negara itu dikenal sebagai pelindung bagi warga minoritas Irak keturunan Turki dan warga Arab yang mengalami penindasan oleh suku mayoritas Kurdi yang memegang kendali keamanan di kota itu.
Gul tidak setuju dengan wacana pembagian wilayah Irak berdasarkan etnis karena langkah itu hanya akan menimbulkan gangguan keamanan di negara-negara yang bertetangga dengan Irak. Ia menyerukan untuk segera memulihkan persatuan dan kesatuan wilayah Irak serta para politisinya.
Sebelum pertemuan, Menteri Luar Negeri Libya Abdul Rahman Shalgam menyatakan tidak akan hadir dalam pertemuan Liga Arab selanjutnya yang akan digelar di Arab Saudi. Ia menilai dunia Arab "tidak serius" dan "langkah-langkah mereka tidak berfungsi. "
Ia mengkritik negara-negara Arab yang tidak bisa bersatu dalam sejumlah isu, dan memuji keberhasilan Uni Eropa yang selalu kompak dalam menyelesaikan isu-isu penting.
"Jerman dan Spanyol bisa beda pendapat, begitu juga dengan Spanyol dan Italia. Tapi ada keseriusan di antara mereka ketika harus melakukan aksi bersama. Di negara-negara Arab, tidak ada keseriusan. Misalnya, negara-negara Arab sekarang melihat Iran sebagai musuh, bukan Israel. Bukankah ini tidak masuk akal?" tandas Shalgam. (ln/aljz)