Pemerintahan Obama mencoba mengambil inisiatif perdamaian baru di Timur Tengah, khususnya yang berkaitan dengan Palestina. Dalam pekan mendatang ini, Obama akan mengundang sejumlah pemimpin Timur Tengah, Mesir, Arab Saudi, Israel, dan Otoritas Palestina, tanpa Hamas. Apakah akan berhasil langkah-langkah yang dilakukan AS ini? Sementara itu, Menlu Israel Avigdor Lieberman, menyatakan, bahwa AS akan menerima semua keputusan Israel.
“Saya percaya, AS pasti akan menerima semua yang menjadi keputusan Israel”, ujar Lieberman kepada surat kabar Rusia, Moskovskiy Komosolets. Pernyataan Lieberman itu, disampaikan dalam sebuah wawancara dengan Alexander Rosensft, seorang koresponden Israel, yang bekerja untuk surat kabar yang sudah tua di Rusia, Moskovskiy. Dalam wawancara itu, Lieberman juga menyebutkan bagaimana langkah-langkah Israel, yang mendekatkan kembali hubungan antara AS dan Rusia.
Dalam wawancara itu, Menlu Israel, Lieberman, yang sangat rasis, dan anti Arab, menyebutkan bahwa Iran, bukanlah yang menjadi ancaman terbesar bagi Israel. Tapi, ancaman masa depan bagi Israel, datang dari Pakistan dan Afghanistan. Ini pandangan Lieberman, yang mewakili kebijakan luar negeri Israel. Tak heran, jika AS dan sekutunya Uni Eropa, sekarang sedangkan memfokuskan kekuatan militernya ke kawasan Asia Selatan (Pakistan dan Afghanistan).
Dulu, Lieberman menempatkan Iran sebagai ancaman utama bagi Israel. Tapi, sekarang Menlu Israel itu, menempatkan Iran sebagai ancaman yang kedua, dan Iraq sebagai ancaman yang ketiga. Mengapa Iran tidak menjadi ancaman utama bagi Israel? Meskipun, berulangkali Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad membuat pernyataan dengan nada yang sangat keras, dan ingin menghapus Israel dari peta dunia?
Dalam wawancara itu, Lieberman juga mendiskusikan tentang posisi Moskow, khususnya peranannya di Timur Tengah, dan kaitannya dengan konflik antara Palestina-Israel. Dalam kesempatan wawancara itu, Lieberman menyatakan Israel terus berupaya membangun hubungan dengan Rusia, dan mengharapkan kerjasama Israel-Rusia dalam mengatasi masalah interansional. Tentu, semua itu yang berkaitan dengan kepentingan nasional Israel. “Rusia mempunyai pengaruh yang khusus di Dunia Islam, dan saya menginginkan menjadikannya sebagai partner strategis, karena Rusia menjadi factor kunci dalam masalah Timur Tengah”, ucap Lieberman.
Nampaknya, Lieberman mempunyai ambisi sesudah Israel berhasil ‘menggarap’ Gedung Putih, sasaran berikutnya ingin menggarap Kremlin, yang mempunyai nilai sangat strategis bagi Israel. Inilah langkah politik yang paling penting bagi Liebeman, yaitu ‘mencaplok’ Rusia masuk dalam blok kepentingan Israel,sesudah AS.
Tentu, yang paling menarik adalah mengapa Lieberman tidak memasukkan lagi Iran sebagai ancaman utama dan yang paling besar bagi masa depan Israel. Tapi, justru yang dianggap menjadi ancaman serius bagi masa depan Israel adalah Pakistan dan Afghanistan? Menurut pandangan Lieberman, ancaman nuklir tidak datang dari Iran. Tapi, ancaman nuklir itu datang dari Pakistan, karena menurut Lieberman, Pakistan negara yang memiliki arsenal nuklir, tapi negeri ini tidak stabil, dan Afghanistan dengan kondisi sekarang ini, Taliban mempunyai potensi untuk mengambil alih kekuasaan”, ungkap Lieberman. Jadi, kombinasi ancaman antara Pakistan dan Afghanistan, yang sewaktu-waktu dapat jatuh ke tangan kelompok radikal, dan ditambah factor Usamah Bin Laden, yang sekarang pengaruhnya semakin kuat di kawasan Asia Selatan, melalui Taliban ini, menjadi sebuah ancaman yang paling besar bagi Israel, ungkap LIegerman.
Sementara itu, menanggapi situasi di Palestina, Lieberman menyatakan tidak tertarik dengan apa yang disebut dengan ‘road map’, dan solusi dua negara, yang pernah diluncurkan oleh pemerintah George Bush. “Solusi dua negara itu, enak menjadi slogan, tapi tidak enak subsantsi”, tambah Lieberman. Maka, Menlu Israel, menolak segala upaya dalam bentuk solusi dua negara, dan termasuk dengan perjanjian Annapolis, yang merupakan titik tolak sebagai solusi dua negara Palestina-Israel.
Pejabat Intelijen Mesir, Omar Sulaeman dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Simon Perez, Perdana Menteri Netanyahu, Menteri Pertahanan Ehud Barak, dan Deputi Menteri Pertahanan Matan Vilnai, dan tidak dijadwalkan dengan Lieberman.
Cairo, nampaknya masih kecewa dengan pernyataan Lieberman, yang menyuruh Presiden Hosni Mubarak ‘masuk ke neraka’, hanya karena Mubarak belum berkunjung ke Israel. Menlu Mesir, Abul Geit, juga menolak bertemu dengan Lieberman. Memang, Menlu Lieberman ini membawa ‘sial’ bagi masyarakat internasional. (m/ahrtz).