Libya Didesak Putuskan Hubungan dengan Bulgaria

Libya secara resmi mengecam tindakan pemerintah Bulgaria yang telah memberikan pengampunan bagi enam pekerja medis dan membebaskan mereka dari hukuman seumur hidup.

Seperti diketahui, enam pekerja medis asal Bulgaria termasuk seorang dokter asal Palestina berkewarganegaraan Bulgaria, oleh pengadilan Libya dinyatakan bersalah, karena kecerobohan mereka telah menyebabkan ratusan anak-anak Libya terinfeksi HIV/AIDS. Awalnya, pengadilan memvonis hukuman mati dan hukuman diperingan menjadi hukuman seumur hidup.

Pemerintah Libya juga memberi keleluasaan pada enam pekerja medis itu untuk pulang dan menjalankan hukuman di negara asal mereka. Namun begitu tiba di Bulgaria, mereka justru mendapat pengampunan.

Libya, lewat menteri luar negerinya Abdel Rahman Shalgham menyatakan pemerintah Bulgaria telah berkhianat dan telah melakukan tindakan melanggar hukum dengan memberikan pengampunan itu.

"Mereka seharusnya ditahan begitu tiba di Sofia (Bulgaria) dan tidak dibebaskan dengan cara ilegal bahkan dirayakan, " kata Shalgham dalam keterangan pers di Tripoli akhir pekan kemarin.

Dalam keterangan pers itu juga hadir Perdana Menteri Bagdadi Mahmudi. Ia mengatakan, tindakan pemerintah Bulgaria telah melanggar prosedur hukum internasional-terlepas bahwa para tahanan itu diekstradisi-dan kesepakatan hukum yang sudah ditandatangani oleh kedua negara pada tahun 1984.

"Kami mengikuti prosedur yang berlaku, Bulgarialah yang mengkhianati kami, " tukas Mahmudi.

Menurut Mahmudi, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy juga tidak puas dengan pembebasan enam pekerja medis itu. Sarkozy ikut turun tangan dalam upaya penyelesaikan kasus para pekerja medis itu, bahkan mengutus isterinya Cecilia untuk bernegosiasi dengan Libya sehingga mereka mendapatkan keringanan hukuman.

Shalgham mengkritik sikap negara-negara Eropa yang cenderung menekan Libya dalam kasus tersebut, tapi bersikap diam atas pembebasan keenam pekerja medis tersebut.

Atas pembebasan tersebut, Libya sudah mengirimkan memorandum ke Liga Arab, yang isinya meminta agar Liga Arab menyamakan pandangan dengan Libya dalam kasus ini. Libya juga akan mencari dukungan dari Uni Afrika dan Organisasi Konferensi Islam, agar mengecam pembebasan keenam pekerja medis asal Bulgaria itu.

Kecaman bukan hanya datang dari pemerintah Libya, tapi juga dari para orang tua korban. Perwakilan orang tua yang anak-anaknya terinfeksi HIV/AIDS, Idriss Lagha mendesak pemerintah Libya untuk meminta Interpol menangkap kembali keenam pekerja medis asal Bulgaria itu dan mendesak Libya agar memutuskan hubungan diplomatik dengan Bulgaria.

Kasus penularan HIV/AIDS oleh para pekerja medis itu mulai disidangkan di Libya tahun 1999, setelah diketahui ada 438 anak-anak di Libya yang terinfeksi akibat kecerobohan mereka. Dari jumlah itu, 56 anak meninggal dunia. (ln/middleeast-ol)