Seif al-Islam, anak lelaki pemimpin Libya Muammar Gaddafi mengeluarkan peringatan keras pada Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi jika memilih Roberto Calderoli sebagai salah satu menteri kabinetnya.
Al-Islam menegaskan, jika Roberto Calderoli ditunjuk sebagai menteri lagi, Italia akan menanggung konsekuensi-konsekuensi yang berat bagi hubungan Roma-Tripoli. "Jika ia menjadi menteri, makan akan ada konsekuensi yang berat bagi hubungan antara Italia dan Libya, " kata Seif al-Islam dalam pernyataannya yang dirilis oleh lembaga sosial Gaddafi Foundation.
Libya bersikap keras terhadap Calderoli, karena politisi Italia berusia 52 tahun ini kerap melakukan tindakan yang melecehkan umat Islam. Calderoli pernah memicu kemarahan warga Muslim di Italia ketika ia tampil di televisi dengan mengenakan T-shirt bergambar karikatur Nabi Muhammad saw. Tindakan Calderoli itu juga memicu kemarahan umat Islam di Libya-negara bekas koloni Italia-hingga menimbulkan kerusuhan yang berujung pada aksi pembakaran kantor konsulat Italia di Libya. Kerusuhan itu menelan korban jiwa 11 orang dan 69 orang lainnya luka-luka.
Dalam pernyataannya, Al-Islam menyebut Calderoli sebagai "pembunuh yang sebenarnya dari warga Libya yang terbunuh" dalam kerusuhan di Benghazi yang terjadi tahun 2006 itu.
Calderoli juga pernah menunjukkan penolakannya atas rencana pembangunan masjid di Padua, dengan cara membawa membawa seekor babi berjalan-jalan di lokasi tempat masjid akan dibangun. Tindakan Calderoli lainnya yang menyinggung umat Islam adalah, ketika Italia mengalahkan Perancis dalam ajang Piala Dunia pada tahun yang sama. Calderoli, seperti dikutip surat kabar Inggris Daily Telegraph mengatakan bahwa Perancis "telah mengorbankan identitasnya dengan memberikan tempat bagi orang-orang negro, Muslim dan pada komunis."
Tindakan-tindakannya yang kontroversial itu, menyebabkan Calderoli dipaksa mundur dari jabatannya sebagai menteri, ketika Italia mereformasi kabinetnya pada tahun 2006. Tapi pemerintahan Berlusconi menunjuk Calderoli kembali sebagai menteri, setelah partai Calderoli Nothern League menang dalam pemilu.
Ancaman Libya bukan hal yang main-main bagi Italia mengingat ada lebih dari 50 perusahaan Italia yang beroperasi di Libya, termasuk perusahaan minyak raksasa Eni. Libya juga mensuplai hampir 50 persen kebutuhan gas alam negara Italia.
Sejauh ini, Menlu Italia Massimo D’Alema menyangkal adanya ancaman Libya itu. "Formasi dan komposisi pemerintahan baru adalah urusan dalam negeri Italia, yang telah diatur oleh mekanisme konstitusional, " kata D’Alema. (ln/al-arby)