Lembaga sosial Pakistan Jamaat-ud-Dawa yang berafiliasi dengan Lashkar-e-Taiba mengungkapkan kekhawatirannya akan kemungkinan serangan misil-misil India sebagai balasan atas tragedi Mumbai. Apalagi setelah AS, ikut-ikutan menyebut Lashkar-e-Taiba-kelompok pejuang yang menentang pendudukan India di Kashmir-sebagai kelompok yang berada di balik serangan tersebut.
"Apakah pemerintah India akan menyerang kantor-kantor yang menjadi pusat kegiatan sosial kami? Apakah mereka serius akan melakukannya?" tanya Abu Hassan-kepala pengelola lembaga sosial Jamaat-ud-Dawa-dengan rasa ingin tahu. Ia menolak jika kegiatan lembaganya disebut-sebut juga mengajarkan terorisme dan aksi-aksi kekerasan.
Abu Hassan wajar merasa khawatir karena pimpinan dari Jamaat-ud-Dawa yang juga dikenal dengan Markaz-e-Taiba, Hafiz Saeed adalah orang yang paling dicari oleh pemerintah India. Saeed adalah pendiri Lashkar-e-Taiba. Ia keluar dari Lashkar itu sebelum pemerintah Pakistan menyatakan melarangan organisasi tersebut karena diduga menjadi otak serangan ke parlemen India pada bulan Desember 200.
Juru Bicara Saeed, Yahya Mujahid mengatakan, pimpinannya tidak punya hubungan dengan kelompok militan dan tidak pernah dijatuhi hukuman atas tindak kejahatan apapun dan dimanapun. Yahya menilai permintaan India agar Saeed diekstradisi adalah permintaan yang "menggelikan".
Tahun ini, AS menyatakan membekukan asset-asset milik Saeed dan memasukkan Jamaat-ud-Dawa pada tahun 2006 serta Lashkar-e-Taiba pada tahun 2001 ke dalam daftar organisasi teroris. Pemerintah Pakistan juga mengawasi ketat kegiatan Jamaat-ud-Dawa dan Saeed masih sering terlihat di tengah aksi-aksi protes memberikan orasinya.
Jamaat-ud-Dawa juga melakukan kegiatan sosialnya dengan terbuka, meski para aktivisnya melakukan kegiatan itu sambil membawa senjata. Jamaat ini berada di garis depan saat memberikan bantuan bagi para korban bencana alam di Kashmir tahun 2005 lalu.
Pakistan Panggil Pejabat India
Setelah pemerintah India memanggil pejabat Pakistan terkait tragedi Mumbai. Selasa kemarin, giliran Pakistan yang memanggil pejabat India. Kementerian luar negeri Pakistan memanggil komisaris tinggi India di Islamabad untuk menyampaikan respon Pakistan atas protes India.
Pada perwakilan pemerintah India itu, Pakistan menyatakan menolak tuduhan bahwa negaranya terlibat dalam tragedi berdarah di Mumbai. "Target dari para teroris ini bukan hanya India tapi juga Pakistan, serta proses perdamaian India-Pakistan," kata Hussain Haqqani, duta besar Pakistan untuk AS.
AS Ikut Tekan Pakistan
Pada saat yang sama, seorang pejabat departemen luar negeri AS mengatakan bahwa kelompok militan di Pakistan bertanggung jawab atas serangan ke Mumbai.Namun Menteri Luar Negeri AS Condoleeza Rice yang akan berkunjung ke India hari Rabu ini, menolak berkomentar dengan alasan tidak mau mengambil kesimpulan sendiri atas tragedi itu. Di sisi lain Rice mendesak Pakistan agar mau membuka diri dan bekerjasama secara penuh untuk menemukan dalang insiden serangan tersebut.
Para pejabat AS, termasuk Rice juga tidak mau mengomentari lebih jauh laporan-laporan yang menyebutkan bahwa intelejen AS dan India sebenarnya sudah saling bertukar informasi tentang adanya ancaman serangan teroris sebelum insiden Mumbai terjadi.
Situs ABC News, mengutip sejumlah sumber mengatakan, intelejen AS sudah mengingatkan intelejen India pada pertengahan bulan Oktober kemarin, tentang kemungkinan terjadi serangan ke beberapa lokasi, termasuk ke Hotel Taj Mahal.
"Tentu saja kami berusaha menyampaikan pada negara-negara di seluruh dunia ketika kami mendapat informasi. Tapi terkadang informasi yang berisi peringatakan sulit untuk ditindaklanjuti, dan kadang informasinya tidak terlalu konkrit," dalih Rice.
"Saya hanya ingin mengatakan bahwa problem dari terorisme adalah, informasinya mungkin bermanfaat tapi kita tidak bisa mencegah hal itu terjadi, sambung Rice. (ln/aljz/reuters/alternet)