Teheran menyatakan kesiapannya untuk membantu Amerika guna menciptakan iklim stabil di Irak. Tapi itu ada syaratnya. Washington harus menetapkan jadwal pasti penarikan mundur seluruh pasukannya dari Irak. Padahal AS baru saja menyatakan pihaknya akan menindak Iran bila tidak menghentikan suplai senjatanya untuk milisi Syiah di Irak.
Dalam wawancara yang dilakukan harian Financial Times, terbitan Inggris, hari Senin (1/10), Ali Larijani, kepala Dewan Keamanan Nasional Iran, mengatakan, “Kegagalan yang diberikan Amerika di Irak harusnya menjadi warning bagi As, bahwa mereka hendaknya tidak terlibat dalam konflik lain dengan Iran. ” Larijani juga mengancam, “Bila AS mengeluarkan kebijakan militernya atas Iran, maka AS harus bersiap bila Israel berada di kursi panas. ”
Larijani yang juga merupakan orang terdekat pemimpin tinggi Revolusi Iran Ali Khamenei membantah tudingan Washington yang mengatakan bahwa Teheran memberi dukungan senjata pada milisi Syiah di Irak dengan senjata. Menurutnya, krisis di Irak adalah soal akibat strategi yang selama ini diterapkan AS di Irak. Menurut Larijani juga, AS melemparkan tuduhan bohong. “Negara Iran akan meminta nama-nama tokoh pemelihara revolusi Iran yang dikatakan AS sebagai orang yang terlibat dalam membantu milisi bersenjata di Irak, ” ujar Larijani.
Terkait dengan proyek nuklir Iran, Larijani mengatakan Iran akan terus melakukan kerjasama dengan Dewan Nuklir Internasional. Namun ia menegaskan bahwa negaranya tak mungkin menghentikan proyek pengembangan uraniumnya. Larijani juga menyampaikan kesiapannya untuk berdialog dengan utusan tinggi politik luar negari dari Uni Eropa untuk mencari solusi terhadap nuklir Irak. “Sudah saatnya bagi seluruh dunia untuk mengetahui bahwa Iran tidak mungkin mundur lagi dari proyek pengembangan uraniumnya. Seluruh kekuatan internasional harusnya mengerti bahwa mereka harus mau berdialog dengan Teheran tanpa syarat-syarat mengikat seperti yang dinyatakan sebelumnya, ” ujar Larijani. (na-str/iol)