Eramuslim.com – Satu tahun setelah pelarangan burka (pakaian yang menutupi seluruh bagian tubuh termasuk wajah) di Belanda, kalangan wanita Muslim melaporkan peningkatan diskriminasi dan kekerasan. Rasa frustasi mereka bertambah karena ada ironi dalam pemberlakuan undang-undang terbaru mengenai masker yang wajib dipakai di angkutan umum Belanda mengingat pandemi Covid-19.
Ingrid Gercama dan Sanne Derks melalui artikel “Larangan Burka dan Aturan Wajib Masker Buat Frustrasi Muslim Belanda” di laman Qantara, menyampaikan tentang diskriminasi yang dialami seorang Muslimah bernama Emarah (nama samaran) dan Muslimah lainnya.
Tetesan air hujan membasahi burka hitam Emarah yang panjang, membasahi bagian bawah pakaian hitam yang menutupi tubuh. Dia sudah tiga tahun memakai burka. “Orang sering berpikir bahwa saya memakai burka karena suami saya, tetapi sebenarnya ini pilihan saya sendiri. Saya belum punya suami ketika mulai memakai burka. Sangat sulit memakai burka. Orang melihat Anda sebagai musuh. Itu membuat saya merasa benar-benar sendirian, terpojok,” tambahnya.
Emarah merasa sikap orang-orang terhadap dirinya itu tidak adil. Rasa frustrasi terlihat dalam suaranya. “Saya didiskriminasi hanya karena saya ingin menjalankan agama saya, untuk pilihan saya,” katanya.
Tepat 1 Agustus lalu, sudah satu tahun sejak pemerintah Belanda menyetujui undang-undang kontroversial yang melarang pakaian yang menutup seluruh wajah. Larangan serupa yaitu di Prancis dan Belgia. Larangan Belanda melarang pakaian seperti itu dikenakan bagi warga yang menaiki transportasi umum atau di gedung-gedung umum seperti sekolah, rumah sakit, dan gedung pemerintah. Di Prancis dan Belgia, burka masih diizinkan dipakai di jalanan.