Sebuah laporan yang dikeluarkan lembaga National Intelligence Estimate (NIE) makin mematahkan keyakinan pemerintahan George W. Bush bahwa Iran saat ini sedang membangun persenjataan nuklir lewat program nuklirnya.
Dalam laporannya terbarunya NIE menyebutkan bahwa Iran sudah menghentikan program persenjataan nuklirnya sejak tahun 2003 sampai sekarang. Laporan ini memicu pertanyaan baru tentang kredibilitas Gedung Putih dalam memberikan masukkan terkait invasi AS ke Irak lima tahun yang lalu. Masukkan yang diberikan pada saat itu bisa jadi salah sehingga menimbulkan dampak mengerikan berupa invasi yang berubah menjadi perang AS di Irak.
Dan sekarang, Presiden Bush begitu gencar meyakinkan dunia bahwa program nuklir Iran bertujuan untuk membuat persenjataan nuklir. Bahkan pada bulan Oktober lalu, Bush memprovokasi dengan mengatakan bahwa nuklir Iran bisa memicu Perang Dunia III atau "holocaust."
Isi laporan NIE yang menyebutkan bahwa Iran sudah menghentikan program senjata nuklirnya, tentu saja akan menjadi kejutan bagi AS dan sekutunya, meski dalam kesimpulannya NIE menulis, "Kami tidak tahu apakah saat ini Iran bertujuan membangun persenjataan nuklirnya, " kembali.
Laporan NIE kali ini, sangat kontras dengan laporan intelejen AS dua tahun lalu yang mengatakan bahwa Iran memutuskan untuk membuat persenjataan nuklir.
Sebuah penemuan baru juga mengklaim bahwa Iran diduga terus meningkatkan kemampuan teknisnya yang bisa mengarah pada pembuatan bom nuklir dan memproduksi uranium cukup untuk membuat persenjataan nuklir dalam kurun waktu tahun 2010-2015.
Selama ini pula Iran konsisten mengatakan bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai dan untuk kepentingan sipil. Untuk itu Iran menolak desakan AS dan sekutunya serta Dewan Keamanan PBB agar Negara Para Mullah itu menghentikan pengayaan uraniumnya.
Kalangan intelejen mulai berpikir bahwa Bush sedang mencari-cari alasan untuk menghancurkan Iran, seperti yang dilakukannya pada Irak. Apalagi setelah beberapa tahun invasi AS ke Irak, sama sekali tidak ditemukan senjata pemusnah massal di Negeri 1001 Malam itu, seperti yang dituduhkan AS sebagai alasan invasinya.(ln/al-arby)