Laporan Miris Tawanan Perempuan di Penjara Zionis

Laporan sebuah Lembaga Pembelaan HAM para tahanan mengungkap cerita lain yang makin menggoreskan luka dalam hati umat Islam. Laporan lembaga itu berisi sejumlah fakta yang terjadi dan menimpa para tahanan perempuan Palestina di penjara-penjara Israel. Bagaimana penderitaan mereka, baik secara fisik maupun psikis?

Aljazeera melansir sebagian dari naskah laporan tersebut, yang diambil dari kunjungan singkat ke sejumlah tahanan perempuan Palestina di penjara Hesharon ruang 12, yang berisi 12 tahanan perempuan Palestina, ditambah dua orang bayi laki-laki yang masih menyusu.

Disebutkan dalam laporan tersebut ungkapan seorang tawanan bernama Nade Aljayusi, kepada pengacara Lembaga HAM, terkait sakit yang dideritanya selama di penjara. Juga tahanan perempuan bernama Fathema Al-Haj yang mengalami sakit diabetes serta Noura Alhashlemun yang mengalami sejumlah penyakit. Mereka umumnya mengatakan, bahwa para sipir penjara berpura-pura tidak tahu dan mengabaikan permintaan para tahanan untuk mendapat perawatan yang layak.

Menurut para tawanan, makanan penjara yang diberikan adalah bahan makanan yang buruk dan kotor, hingga bisa menyebabkan sakit lambung. Di sisi lain, makanan itu juga sangat sedikit terlebih setelah tidak dibolehkannya kantin penjara sehingga para tawanan sangat menderita sejak bulan Juni lalu.

Sementara itu, seorang tawanan perempuan yang sudah dibebaskan bernama Ikram Thawel menyebutkan bahwa di penjara Talmound Israel di kota Al-Khalil menyebar penyakit yang diderita hampir seluruh tawanan perempuan. Menurut Thawel dalam wawancara dengan Aljazeera, “Sejak saya dibebaskan, saya berusaha menjalin hubungan dengan para tawanan. Saya berusaha mengikuti apa yang terjadi pada mereka secara rutin. Mereka umumnya mengalami sakit rambut rontok yang banyak, antara lain karena air minum yang tidak sehat. Selain itu, mereka juga hidup sangat jauh dari kelayakan di mana banyak tikus berkeliaran dan banyak serangga lain yang hidup di dalam ruang penjara. ”

Thawel juga menceritakan bahwa Israel yang mengelola penjara menolak izin masuknya para dokter spesialis dan hanya mencukupi dengan seorang perawat di penjara, yang jelas bukan seorang spesialis. Tapi ketika ada situasi yang mendesak adanya dokter, tawanan harus menunggu satu bulan lebih. Pihak perawat penjara, juga hanya memberikan satu jenis obat saja untuk mengobati semua penyakit yang diderita.

Thawel menyebutkan pula bahwa sejumlah tawanan perempuan di penjara Zionis Israel mengalami penyiksaan fisik dan mental. Penyakit kulit, gatal-gatal, dan luka-luka di berbagai tempat di tubuh mereka, sakit gula, hingga kanker terjadi di kalangan mereka. Bahkan ada tawanan yang tidak bisa bergerak sama sekali selama satu minggu karena proses interogasi yang demikian melelahkan secara fisik selama berjam-jam dan juga pemukulan.

Ada lebih dari 1.500 tawanan perempuan di penjara Israel. Dan mereka umumnya menderita sakit beragam. Menurut Aljazeera, ada sekitar 120 orang tawanan perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak di luar penjara. Sementara ada dua orang perempuan yang melahirkan di penjara, dan menyusui anaknya di penjara. Mereka semuanya sangat menderita lahir dan bathin. (na-str/aljzr)