Tudingan-tudingan keji masih terus diarahkan ke warga Muslim di Inggris. Seorang Uskup dari Keuskupuan Rochester, Michael Nazir-Ali, Minggu (5/11) menuding sekolah-sekolah yang diselenggarakan di masjid-masjid mengajarkan Islam radikal.
Tudingan ini tentu saja tidak membuat para pemuka Islam di negeri itu diam. Mereka balik menantang Nazir Ali untuk membuktikan klaimnya bahwa para imam di masjid-masjid telah mengindoktrinasi anak-anak Muslim di Inggris.
"Jika ia punya bukti, dia seharusnya memberikan bukti itu pada polisi," tantang Inayat Bunglawala, juru bicara Muslim Council of Britain (MCB) seperti dimuat surat kabar The Daily Telegraph, edisi Senin (6/11).
Uskup Michel Nazir-Ali, satu-satunya uskup asal Asia di keuskupan Gereja Inggris ini juga mendesak pemerintah untuk menerapkan peraturan ketat terhadap para ulama yang datang dari luar Inggris.
"Mereka harus yang berpengalaman dengan kualifikasi yang sesuai, mereka harus punya pengetahuan bahasa Inggris yang mumpuni dan mereka harus ikut dalam proses pembelajaran yang diakui tentang kehidupan dan budaya Inggris," ujarnya.
"Kita tidak sadar adanya imam-imam ekstrimis yang mengindoktrinasi anak-anak," sambung Uskup Nazir Ali yang berdarah Pakistan. Ayah Nazir-Ali adalah seorang Muslim yang murtad, memeluk agama Kristen.
Para pemimpin komunitas Muslim di Inggris menuding Nazir Ali sudah menyulut perpecahan di kalangan masyarakat.
"Wajar, jika kami berharap seorang uskup lebih berhati-hati dalam komentar-komentarnya dan menunjukkan sedikit kerendahan hati serta upaya keras untuk lebih menguatkan persatuan masyarakat daripada menimbulkan perpecahan yang lebih besar," kritik Bunglawala.
Sekretaris Jenderal MCB, Muhammad Abdul Bari juga mengecam pernyataan-pernyataan Uskup Nazir-Ali. Ia mengatakan, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Nazir-Ali "sangat tidak membantu bagi hubungan antar komunitas."
Selain menuding para imam mengajarkan Islam radikal pada anak-anak, Uskup Nazir-Ali yang terbilang uskup senior itu juga menuding umat Islam memiliki "kejiwaan ganda" dan senang "mengambil korban dan menginginkan dominasi."
Ia juga mengecam pengenaan cadar dan mengatakan bahwa Inggris terlalu lemah untuk melawan apa yang ia sebut sebagai "Islam fundamentalis." (ln/iol)