Menlu AS Condoleezaa Rice mulai menggulirkan proyeknya guna memberi dukungan legalitas penjajah Zionis di Palestina, dengan menemui sejumlah Menlu negara Timur Tengah, antara lain Mesir, Yordania beserta Dewan Kerjasama 6 Negara Teluk di Kairo, Selasa (3/10).
Sejumlah sumber diplomatik AS di Kairo mengatakan kepada Islamonline, “Rice dalam kunjungannya di Timur Tengah yang akan berlangsung hingga 4 hari akan menghidupkan upaya perdamaian antara Palestina-Israel dengan mencari dukungan negara Arab serta untuk membekukan proyek nuklir Iran.”
Sejumlah pengamat mengatakan, pernyataan AS yang dikeluarkan tentang kunjungan ini menegaskan bahwa masalah Palestina dan upaya perdamaian di Timteng tidak menjadi prioritas utama bagi Rice, tapi yang paling penting adalah masalah nuklir Iran.
Hal ini juga jelas dilihat melalui pernyataan Rice ketika ia berada di Saudi Arabia. Ia mengatakan, “Masyarakat internasional tidak akan ragu untuk memberlakukan hukuman atas Iran jika tidak menghentikan produksi uraniumnya. Dan sampai saat ini AS belum melihat ada indikasi apapun Iran akan menghentikannya.” Rice juga mengatakan bahwa ada lima anggota tetap DK PBB ditambah Jerman, dalam waktu dekat akan menggelar pertemuan khusus membahas masalah nuklir Iran.
Dalam kesempatan konferensi pers bersama Menlu Saudi, Saud Faishal, Rice mengatakan, “Kami masih berharap Iran mau menghentikan aktifitas nuklirnya. Tapi kami tidak punya bukti bahwa Iran mau melakukan itu. Jika Iran tidak melakukannya, maka bagi masyarakat internasional hanya ada satu pilihan yakni memberlakukan poin resolusi 1969, yakni pemberian embargo.”
Rice juga mengatakan bahwa bagi AS, Iran termasuk dalam kelompok koalisi pembangkang. Di samping Iran, terdapat Suriah, Hizbullah Libanon dan Hamas.
Terkait masalah ‘perdamaian’ yang diinginkan AS dengan pengakuan legal atas penjajah Zionis Israel di Palestina, Rice mengatakan, “Sejumlah negara akan berkumpul bersama saya. Yakni negara-negara yang akan memberi dukungan kuat dan adil terhadap masalah Libanon, Irak dan Palestina.” Dan secara terang-terangan, Rice mengemukakan keinginannya untuk mengubah pemerintah Palestina yang saat ini dipimpin Hamas. Rice mengatakan, “Saya berharap rakyat Palestina mau membentuk pemerintahan baru, selain Hamas, untuk menghormati prinsip prinsip negara kwartet tentang Timur Tengah. Negara kwartet yang dianggotai oleh AS, PBB, Rusia dan Uni Eropa ingin Palestina mengakui Israel dan komitmen dengan perjanjian yang telah ditandatangani sebelumnya, serta penghentian perlawanan bersenjata.”
Rice berupaya menyihir dunia Timur Tengah untuk tidak mendukung Hamas dan mengatakan, “Hamas memang telah terpilih secara demokratis. Tapi Hamas tidak mampu merubah kondisi Palestina. Kami mendukung Presiden Palestina Mahmud Abbas.” Rice sendiri tampaknya tidak ambil pusing dengan pembantaian ribuan orang di Palestina oleh Israel. Apalagi tudingan ‘kegagalan’ yang ditempelkannya pada pemerintahan Palestina juga akibat ulah AS sendiri, yang selalu mendukung Israel dan memblokade seluruh saluran bantuan untuk Hamas (na-str/iol)