Warga Muslim di Thailand Selatan berharap kudeta militer yang dipimpin oleh Panglima Angkatan Bersenjata Thailand, Jenderal Sonthi Boonyaratglin membawa iklim perubahan bagi kehidupan mereka yang selama ini tertindas oleh kebijakan keras Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.
"Saya gembira ada kudeta dan pemimpin kudetanya juga seorang Muslim. Saya berharap dia mau membantu memecahkan problem di tiga provinsi di Thailand Selatan segera, karena ia tahu tentang kami dengan baik," harap Raira Manee, seorang pedagang di pasar pada kantor berita AFP, Selasa (21/9).
Sejak Januari 2004, tiga provinsi yang didominasi warga Muslim di selatan Thailand itu kerap dilanda bentrokan dengan aparat keamanan Thailand hingga Thaksin memutuskan untuk menerapkan keadaan darurat di wilayah itu pada 2005 lalu. Kebijakan itu mendapat kritikan luas termasuk oleh komunitas Muslim, karena memberikan kekebalan hukum bagi aparat keamanan. Sementara kelompok-kelompok pemantau hak asasi manusia menilai kebijakan itu telah menyebabkan pembunuhan dan kasus-kasus penyiksaan lainnya terhadap warga Muslim.
Awal bulan September kemarin, Jenderal Sonthi mencoba menembus jalur birokrasi dan meminta agar dilakukan pembicaraan. Namun pemerintahan Thaksin tidak mempedulikan permintaan itu.
"Sonthi secara khusus mengatakan bahwa dia tidak bisa menyelesaikan problem dengan warga di selatan karena adanya intervensi dari pemimpin politik," ujar Panitan Wattanayagorn dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok.
‘Semua Orang Senang’
Masyarakat Thailand secara umum mendukung kudeta yang dipimpin Jenderal Sonthi. Setelah kudeta tak berdarah hari Selasa (19/9), Sonthi mengetatkan penjagaan keamanan di negara Gajah Putih itu.
Militer Thailand mengambil alih kekuasaan legislatif, memberlakukan kondisi darurat perang, melarang perkumpulan atau pertemuan publik dan menutup sejumlah perbatasan.
"Demi kebaikan negeri ini, sementara senat dan parlemen tidak berjalan, hukum harus ditegakkan dan anggota parlemen serta senat akan menyetujuinya," demikian bunyi pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak militer Thailand. Mereka juga meminta semua media mass untuk menghentikan penayangan komentar-komentar dan opini publik.
Meski keamanan diperketat, situasi di ibukota Bangkok sudah berangsur-angsur normal. Sekolah-sekolah, bank dan kantor-kantor pemerintahan sudah dibuka kembali. Suasananya relatif tenang dan kebanyakan warga masyarakat tidak merasa terganggu dengan kudeta kemarin.
"Semua orang senang. Dihari pertama kembali kerja, saya pikir mereka akan membicarakan semua ini, tapi mereka bekerja keras seperti biasa," kata Chaiyan Kurusiripong, seorang pegawai bank. (ln/iol)