Tidak perlu pemanas mesin di musim dingin. Tidak perlu mengisi ulang bahan bakar setiap kilometer tertentu. Tidak perlu juga mengganti mesinnya. Inilah beberapa kelebihan keledai yang kini mulai menjadi pilihan alat transportasi penduduk Ghaza di Palestina, setelah mereka mengalami isolasi total yang menyebabkan mereka sulit memperoleh bahan bakar.
Berbagai kendaraan modern, rupanya tidak mungkin lagi diandalkan setelah Israel melakukan isolasi dan mengurung rakyat Palestina di Ghaza. Isolasi semakin ketat diterapkan perampok Zionis Israel sejak Juni lalu, ketika Hamas yang menang secara demokratis menguasai Ghaza. Ketika itulah, bahan bakar nyaris tidak lagi masuk ke Ghaza. Sementara aktivitas transportasi pasti tetap dibutuhkan.
Krisis bahan bakar itulah yang mengangkat popularitas keledai untuk menggantikan transportasi modern yang sulit dioperasikan lagi. Maka, pilihan mereka pun hanya dua, jalan kaki atau naik gerobak yang ditarik oleh keledai. Keledai di Ghaza menjadi alat transportasi yang mengangkut ragam kebutuhan ke berbagai tempat di Ghaza.
“Sudah satu minggu terakhir, saya tidak bisa menggunakan alat transportasi lain untuk ke kampus dan belajar. Padahal kami tidak lama lagi harus memasuki musim ujian, dan banyak mata kuliah yang belum terkejar kurikulumnya. Apa yang saya lakukan? Apakah saya harus tetap tinggal di rumah?”
Itulah kegelisahan seorang mahasiswa bernama Khalid, yang kemudian menjatuhkan pilihannya untuk pergi ke kampus menggunakan keledai, sebagaimana orang-orang tuanya dahulu. “Dahulu orang-orang tua kita menggunakan keledai sebelum mereka mengenal sarana transportasi modern. Kenapa kita tidak mengikuti mereka dalam kondisi seperti ini?” begitu ujarnya.
Bagi penduduk Ghaza yang ingin bepergian dari Rafah ke jantung Ghaza, kini tidak ada lagi alternatif kendaraan kecuali keledai. Biasanya mereka juga harus mengeluarkan uang sekitar 10 dolar untuk pulang pergi. Tapi kini, dengan menggunakan keledai, mereka justru lebih sedikit mengeluarkan biaya transportasi. Bahkan satu ekor keledai bisa saja digunakan untuk menarik lebih dari dua orang.
“Akhirnya, keledai kini bisa berjalan dengan bangga, mengangkat kepalanya, membusungkan dadanya, di Ghaza, ” kelakar Mahmud, juga seorang mahasiswa yang menggunakan keledai. (na-str/iol)