Krisis ekonomi global yang menimpa AS telah membuat industri porno di negara itu makin besar. Sebelum krisis saja, industri esek-esek ini menghasilkan triyulan dollar di AS.
Kini, setelah krisis jatuh, makin banyak saja pelakunya. Penyebabnya adalah semakin banyaknya pengangguran, dan banyak rakyat AS tak ragu untuk mencari penghidupan lewat bisnis ini.
Misalnya saja, Rebecca Brown. Perempuan yang asalnya bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran, kini bisa mendapatkan penghasilan sebanyak dua ribu dollar hanya dalam waktu semalam saja dari penghasilannya sebagai penari telanjang di Chicago’s Pink Monkey, sebuah klub malam pria dewasa.
Padahal uang sejumlah itu ia harus kumpulkan selama satu minggu dalam pekerjaan sebelumnya. Memang, penari striptease adalah satu bidang yang paling banyak diminati dalam industri porno ini. "Ada banyak perempuan cantik yang bersedia melakukan hal itu," kata Gus Poulos, manajer umum New York City’s Sin City, klub pria dewasa lainnya.
Poulos menyebutkan satu hari ia bisa menerima 85 orang pelamar untuk menjadi penari erotis. Bukan hanya itu saja, pekerjaan menjadi bintang video porno pun makin meningkat.
"Di zaman sekarang, apapun boleh dilakukan," ujar Jonathan Alpert, seorang psikoterapist yang terbiasa menangani klien dari industri hiburan porno. Dan itu terjadi di hampir seluruh AS. Para pemilik usaha ini mengatakan bahwa kini bisnis mereka kembali mengalami kenaikan pemasukan.
Menurut Paul Fishbein, presiden AVN Media Network (sebuah perusahaan hiburan dewasa) secara keseluruhan, bisnis porno di AS mengalami penyusutan sampai 30% dbanding sebelumnya untuk semua segmen, mulai dari klub malam, majalah, sex shops dan lainnya. (sa/ta)