Polisi Italia menangkap enam orang, termasuk tiga guru perempuan dengan melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak didik mereka yang masih berusia balita di sebuah sekolah di Kota Ringano Flaminio, kota kecil di Italia.
Sekolah Ogla Rovere adalah sekolah yang memiliki reputasi yang cukup baik di kalangan masyarakat di kota itu, namun dengan terkuaknya kasus pelecehan seksual ini sekolah itu kini menjadi "sekolah yang mengerikan. "
"Situasinya sangat buruk. Saya merasa prihatin terhadap anak-anak, keluarga dan seluruh anggota masyarakat, " kata Walikota Ottavio Colleta
Pihak kepolisian mengungkapkan, 20 anak-anak setiap hari diangkut dari sekolah dalam kelompok-kelompok kecil ke rumah guru-guru sekolah itu. Di rumah tersebut, anak-anak itu disuruh melakukan hubungan seks dengan orang dewasa, dan adegan itu difilmkan. Setelah itu, anak-anak tersebut dibawa kembali ke sekolah.
Pihak kejaksaan menyatakan bahwa mereka menemukan bukti bahwa para tersangka juga melakukan ritual mistis saat melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak. Para tersangka mengatakan pada anak-anak bahwa mereka akan bermain "mainan" baru. Anak-anak kecil itu juga ditakuti-takuti bahwa mereka akan diambil dari ibu-ibu mereka oleh setan, jika mereka menceritakan "mainan" baru ini pada orang tua mereka.
Kasus ini pertama kali terungkap setelah anak-anak tersebut mulai menceritakan "permainan" itu pada orang tuanya masing-masing. Anak-anak itu mengungkapkan, ada "laki-laki berpakaian serba hitam" yang mengenakan tudung kepala dan minum darahnya sendiri dan anak-anak disuruh bermain seolah-olah "seekor srigala mengejar tupai dan memakannya. "
Para orang tua balita yang rata-rata berusia tiga tahun itu mengungkapkan, mereka menemukan bagian genital anak-anak mereka lebam dan bengkak. Menurut para orang tua, setiap pulang sekolah, anak-anak mereka juga terlihat seperti orang bingung.
Sementara kepolisian mengatakan bahwa para tersangka memberikan obat penenang, dan pada anak-anak mereka mengatakannya sebagai permen.
Sikap Warga Terpecah
Namun tidak semua warga Kota Ringano Flaminio yang berjumlah 7. 000 orang percaya akan skandal tersebut. Juru bicara Asosiasi Orang Tua Siswa Arianna Di Biagio mengungkapkan, perbedaan pendapat di kalangan masyarakat sangat mendalam dan akan sulit menyembuhkan luka ini untuk beberapa generasi.
Warga masyarakat yang mendukung para guru yang ditangkap, melakukan aksi unjuk rasa dan menuding bahwa cerita pelecehan seksual itu sengaja dibuat-buat.
"Saya bekerja dengan mereka semua selama 15 tahun dan anda tidak akan bisa membayangkan orang-orang yang lebih mengabdikan dirinya untuk menjaga dan melindungi anak-anak, " kata Nunzia, salah seorang teman dari para guru yang ditangkap.
Suami Nunzia, Michele Angeleri juga menuding para orang tua hanya panik mendengar cerita anak-anak mereka.
Nunzia bersama suaminya membentuk sebuah komite untuk membela para guru yang menjadi tersangka. Keduanya mengundang sejumlah wartawan dan mengatakan bahwa ia akan melakukan pembelaan atas kasus ini dan melakukan aksi menyalakan sekitar 300 obor, dipimpin oleh pemuka agama setempat, di depan penjara tempat para guru ditahan. (ln/iol)