Apa yang membedakan pengusaha Barat dan Muslim? Benarkah para pengusaha Muslim tidak bisa mengikuti perkembangan zaman? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini, mungkin bisa terjawab dari para pengusaha di kota Anatolia, salah satu kota besar di Turki.
"Di negara-negara Eropa, para pekerja memanfaatkan 15 menit waktu istirahatnya untuk merokok, di sini kami memanfaatkan 15 menit waktu istirahat untuk beribadah," kata Ahmad Herdem, walikota kota Hacilar, Anatolia Tengah yang berpenduduk sekitar 20 ribu orang.
"Selama 15 menit itu, anda menghadap Tuhan dan anda bisa meminta padaNya agar usaha anda bisa berkembang dan hal ini secara moral sangat baik," sambungnya seperti dikutip harian The New York Times edisi Minggu (27/8).
Para pengusaha di kota itu, menurut surat kabar itu, mengembangkan bisnisnya dengan semangat wirausaha yang menjadi bagian dari ajaran Islam. Warga Hacilar tidak punya waktu untuk pergi ke satu-satunya cafe di kota itu karena kesibukan mereka membuat membuat kesepakatan-kesepakatan bisnis di mana-mana.
Di kota Kayseri, kota lainnya di Anatolia, perusahaan-perusahaan di kota itu menyisihkan sebagian ruangan kantornya untuk tempat sholat dan tidak seperti kota-kota lainnya di Turki yang restoran-restorannya menyediakan minuman beralkohol.
"Jika anda bukan seorang Muslim yang baik, tidak sholat lima waktu dan isteri anda tidak mengenakan jilbab, anda akan kesulitan berbisnis di di sini," kata Halil Karacavus, seorang direktur di pabrik gula di kota Kayseri.
Bisnis gula menjadi bisnis terbesar di Turki yang tahun ini saja mampu memberikan pendapatan sebesar 640 juta dollar AS.
Perpaduan antara nilai-nilai Islam, semangat bekerja keras dan pertumbuhan bisnis, menjadi fenomena tersendiri di kalangan pebisnis di Anatolia.
Herdem mengatakan, bagi seorang yang relijius, mereka akan bekerja keras, menabung dan berinvestasi bagi kepentingan masyarakatnya. Menurutnya, banyak pengusaha di kotanya yang meniru cara Nabi Muhammad Saw yang dikenal sangat jujur dalam menjalankan bisnisnya.
Tak heran jika dari kota Halicar banyak lahir perusahaan-perusahaan besar terkenal di Turki yang juga berpengaruh di pasar internasional. Perusahaan-perusahaan tekstil, memproduksi bahan-bahan pakaian untuk rumah-rumah mode di Paris dan Milan. Sementara para peternak domba, kini banyak yang bekerja sama dengan para pengusaha furnitur.
Beberapa perusahaan yang sukses adalah Boydak Holding, yang bergerak di berbagai sektor ekonomi seperti, perbankan, transportasi dan produk kabel terbesar di Turki. Kemudian perusahaan Istikbal di bidang furnitur yang produk-produknya sudah terkenal di pasar internasional.
Pada tahun 2004, Anatolia masuk dalam catatan Guiness Book of World Records karena dalam satu hari saja bisa muncul 139 bisnis baru di kota itu. Kota Kayseri bahkan dijuluki sebagai ‘Macan Anatolia’ karena perkembangan bisnis yang sukses dan pesat di kota ini.
Dengan fakta ini, Turki masih berharap bisa menjadi bagian Uni Eropa yang sudah diperjuangkannya sejak tahun 1960-an. Namun upaya itu nampaknya masih menemui hambatan, karena belum semua negara anggota UE mau menerima Turki sebagai bagian dari Eropa. (ln/iol)