Ketegangan sektarian di Tripoli, utara Libanon yang pecah hari Minggu (22/6) sudah menelan korban lima korban jiwa dan masih berlanjut hingga hari ini, menyebabkan sejumlah pendudukan sipil mengungsi atau berlindung di tempat-tempat perlindungan bawah tanah.
Sedikitnya dua orang luka-luka ketika para pendukung Hizbullah dan kelompok pendukung pemerintah saling baku tembak dan saling melempar granat di dua distrik padat penduduk di utara Libanon, Bab al-Tebbaneh dan Jabal Mohsen.
Sejumlah faksi di Libanon, hari Minggu kemarin mendesak agar pemerintah Libanon mengerahkan pasukan militernya untuk memulihkan keamanan dan mengusir kelompok-kelompok bersenjata dari jalan-jalan. Tetapi, Minggu sore, bentrokan antara keduabelah pihak terjadi lagi.
Laporan koresponden al-Jazeera menyebutkan, situasi di kota Tripoli "sangat berbahaya." Menurutnya, apa yang terjadi adalah friksi di kalangan kelompok lokal di Libanon.
Sorang pejabat keamanan Libanon mengungkapkan, kelompok pejuang Sunni yang pro pemerintahan Libanon melawan kelompok Alawites, cabang dari kelompok Syiah yang mendukung Hizbullah. Distrik Bab al-Tebanneh dan al-Qobbe adalah distrik-distrik Sunni sedangkan Jabal Mohesen mayoritas warganya adalah penganut Alawites.
Sementara itu, di kamp pengungsi Ain el-Helweh selatan Libanon, seorang pejuang Muslim dalam kondisi kritis karena luka-luka yang dideritanya, akibat ledakan sebuah. Korban yang kritis itu adalah satu dari empat korban luka lainnya yang dibawa ke rumah sakit, di antaranya adalah seorang perempuan dan anak perempuanberusia 8 tahuan.
Imad Yasin, korban kritis adalah kelompok Jundul Shamn. Ia terluka bersama dua orang pengawalnya ketika terjadi ledakan yang berasal dari sebuah tong sampah di Taameer Ain el-Helweh. (ln/aljz)