Konferensi pertama Forum Muslimah Eropa di Brussel, Belgia menghasilkan sebuah rekomendasi tentang hak memakai jilbab bagi Muslimah di Eropa. Rekomendasi itu berbunyi, "Hak para Muslimah untuk mempertahankan identitasnya dan melakukan kewajiban-kewajiban agamanya dengan bebas termasuk mengenakan jilbab, harus diperjuangkan dalam konteks undang-undang Eropa dan kesepakatan-kesepakatan internasional."
"Kami tidak melihat jilbab sebagai kendala dalam integrasi sosial dan politik, karena beberapa Muslimah berjilbab yang ikut di forum ini adalah anggota partai-partai politik di Eropa," kata Nura Gaballah, presiden Forum Muslimah Eropa.
Rekomendasi hasil pertemuan Muslimah se-Eropa ini menjadi penting, mengingat di beberapa negara Eropa, jilbab masih menjadi persoalan bahkan dilarang di sekolah-sekolah umum. Sementara bagi kaum perempuan Muslim, jilbab adalah kewajiban dan bukan simbol-simbol keagamaan yang menunjukkan afiliasi seseorang.
Perancis adalah negara di Eropa yang memelopori larangan jilbab, dan diikuti oleh negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman. Padahal sejumlah organisasi pemantau hak asasi manusia internasional melontarkan kecaman bahwa larangan berjilbab merupakan bentuk diskriminasi.
"Sangat penting untuk melakukan komunikasi secara jelas pada masyarakat Eropa tentang status wanita yang sangat dihormati dalam Islam, serta persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Kita harus bekerja keras untuk mendapatkan pengakuan atas hak-hak wanita Muslim," tegas Gaballah.
Gaballah menyerukan agar para Muslimah di Eropa memainkan peranan aktif dalam masyarakatnya melalui institusi-insitusi sipil dan menunjukkan kemampuan mereka di berbagai bidang. Ia menekankan pentingnya pendidikan keluarga bagi para Muslimah untuk melahirkan generasi-generasi baru yang bangga akan identitasnya sebagai Muslim.
Gaballah juga mengajak para Muslimah untuk lebih banyak lagi mendirikan asosiasi-asosiasi perempuan agar mereka lebih aktif lagi di masyarakat dan ikut berperan dalam menjaga stabilitas, perdamaian dan keamanan dalam masyarakat Eropa dan dunia, serta ikut memberikan kontribusi dalam dialog antar budaya guna menghapus kekerasan dan hegemoni. Gaballah merekomendasikan agar pertemuan Muslimah Eropa dijadikan acara tahunan bagi organisasi-organisasi perempuan di Eropa.
Nura Gaballah adalah seorang aktivis Muslimah yang cukup dikenal di Eropa. Ia pindah ke Perancis dari Tunisia pada 1980. Latar belakang pendidikannya adalah sosiologi, yang banyak membantunya dalam melakukan kerja sosial dan membentuk organisasi Muslimah pertama di Paris – French Muslim Women Society- pada tahun 1995 bersama-sama dengan para Muslimah lainnya. Organisasinya itu memfokuskan kegiatannya untuk membantu kaum perempuan yang putus sekolah. (ln/iol)