Tokoh-tokoh dunia hari Minggu (26/2) berkumpul di Doha, Qatar mengikuti konferensi kedua Alliance of Civilazations atau Aliansi Peradaban yang disponsori oleh PBB. Dalam konferensi tersebut, para tokoh yang hadir mendesak agar upaya untuk menjembatani jurang pemisah antara dunia Islam dan Barat jangan cuma sebatas dibicarakan saja tapi harus segera dilakukan tindakan nyata. Apalagi jurang pemisah itu kini nampak makin tajam, setelah kasus penerbitan kartun Nabi Muhammad Saw oleh harian Denmark yang membuat umat Islam di seluruh dunia marah.
Hadir dalam konferensi itu Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan yang mengatakan bahwa ide-ide luhur saja tidak cukup, tapi harus dikembangkan sikap kepala dingin dalam beradu pendapat.
"Saya sangat berharap anda semua dapat memberikan saran-saran yang spesifik dan konkrit bagi upaya untuk melakukan dialog sehingga ini akan menimbulkan imajinasi yang populer, sehingga kita tidak hanya menjadi sekumpulan orang yang baik dan sepakat satu sama lain, tapi menjadi orang yang membawa pesan yang bergema ke seluruh dunia," kata Annan.
Inisiatif Aliansi Peradaban diluncurkan pada bulan November 2005 oleh Spanyol dan Turki yang beranggotakan sekitar 20 orang tokoh-tokoh terkemuka di dunia, termasuk mantan presiden Iran, Muhammad Khatami, mantan menteri luar negeri Perancis, Hubert Vedrine, tokoh keuskupan Afrika Selatan, Desmond Tutu dan istri Emir Qatar, Sheikha Mozah.
Para tokoh yang tergabung dalam aliansi ini, melakukan pertemuan pertamanya di Palma de Mallorca, Spanyol pada bulan November dan setelah pertemuan di Doha, akan ada dua pertemuan lagi. Dari pertemuan-pertemuan itu diharapkan akan dihasilkan langkah-langkah yang lebih konkrit untuk mengedapankan dialog antar budaya. Langkah ini akan dipresentasikan di PBB, para pemimpin negara di dunia dan organisasi internasional lainnya.
Isu dialog antara Islam dan Barat menjadi persoalan yang dianggap sangat mendesak, menyusul penerbitan kartun Nabi Muhammad Saw oleh sejumlah media massa di Eropa.
Lindungi Generasi Muda dari Pemikiran Ekstrimis
Selain membahas pentingnya langkah konkrit untuk menjembatani gap antara Islam dan Barat, masa depan generasi muda di dunia juga menjadi fokus pembicaraan dalam konferensi itu. Banyak para pemicara yang menekankan pentingnya memberikan perhatian khusus bagi para generasi muda.
Kofi Annan mendesak pada tokoh-tokoh dunia, khususnya artis, tokoh olah raga dan hiburan saling bekerjasama dalam mempromosikan idelogi toleransi dan pemahaman antar budaya yang berbeda-beda di kalangan anak muda, untuk menghindari agar mereka tidak terpengaruh oleh pemikiran para ekstrimis.
"Sangat penting untuk merangkul anak-anak muda sebelum ide-ide dan sikap mereka terlanjur mengkristal," kata Annan.
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Abdullah bin Khalifa Al-Thani setuju dengan Annan. "Generasi muda seharusnya juga memainkan peran yang strategis dalam menjembatani dua peradaban," katanya.
Mantan Direktur badan UNESCO, PBB Federico Mayor mengatakan, sekarang adalah waktu yang sangat tepat bagi kelompok yang peduli untuk mengambil langkah berupa program-program praktis guna meningkatkan saling pemahaman di kalangan masyarakat dunia.
Menteri Luar Negeri Spanyol, Miguel Angel Moratinos mengusulkan agar dilakukan identifikasi terhadap masalah-masalah politik utama yang menyebabkan munculnya kecurigaan antara Timur dan Barat.
Selama ini, para politikus, pakar ada analis mengatakan bahwa masalah invasi AS ke Irak dan Afghanistan serta pendudukan Israel terhadap wilayah Palestina menjadi akar persoalan yang memicu kemarahan dunia Islam terhadap Barat. (ln/iol)