Para pemuka Muslim di selatan California, AS meluncurkan apa yang mereka sebut sebagai gerakan nasional untuk menggalang persatuan antara kaum Sunni dan Syiah di AS dan untuk mencegah tindakan kekerasan antara mereka.
Gerakan nasional itu digagas oleh para pemuka Muslim Sunni dan Syiah yang ada di California, dan gerakan ini rencananya akan segera di luncurkan di kota-kota lainnya di Amerika Serikat.
Para pemuka Muslim itu menandatangani apa yang mereka sebut "Code of Honor" yang berisi strategi untuk menyelesaikan dan menghindari perpecahan di kalangan masyarakat, khususnya komunitas Muslim.
Dalam strategi itu disebutkan larangan meng-kafir-kan orang lain dan melarang penghinaan atau pernyataan yang mengandung kebencian terhadap kepercayaan orang lain dan tokoh-tokoh aliran yang berbeda dalam Islam.
"Dalam soal upaya antar keyakinan, kami brilian. Tapi untuk soal kerjasama sesama Muslim, kami belum cukup, " kata Mustafa al-Qazwini, seorang ulama Syiah yang cukup berpengaruh di California.
Penandatanganan gerakan persatuan nasional ini, berawal pada bulan Februari lalu lewat pertemuan di kantor Dewan Urusan Publik Muslim di Los Angeles. Pertemuan ini dilakukan karena keprihatinan atas pertikaian Sunni dan Syiah di Irak serta sejumlah tindakan vandalisme yang terjadi di Michigan.
Pada bulan Januari, tak lama setelah mantan penguasa Irak Saddam Hussein dieksekusi di Irak, terjadi aksi serangan dan vandalisme terhadap sejumlah toko dan masjid milik kaum Syiah di Detroit. Juru bicara kepolisian Detroit mengatakan, kasus-kasus vandalisme itu kini masih dalam penyelidikan dan belum ada yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Namun sejumlah warga Muslim dan komunitas Arab Amerika menduga, serangan dan aksi vandalisme itu dipicu oleh ketegangan antara kaum Sunni dan Syiah di Detroit, menyusul perayaan kaum Syiah di Detroit sebagai ungkapan kegembiraan atas dieksekusinya Saddam Hussein.
"Orang-orang mengatakan ‘Irak datang ke Detroit’, " kata Victor Ghalib Begg, seorang pengusaha dan ketua Dewan organisasi-organisasi Islam di Michigan.
Pemuka Muslim lainnya yang lama tinggal di Los Angeles, Maher Hathout mengatakan, "Ketika situasi di Irak kian memburuk, kami semua sangat waspada. "
"Tapi, kemudian ada kewaspadaan yang lebih mendalam karena persoalan-persoalan di Detroit. Kami sangat khawatir kejadian itu juga terjadi di sini, " sambung Hathout.
Ia, bersama pemuka Muslim lainnya memutuskan bertemu untuk membahas kekhawatiran itu. Dan akhirnya, mereka berhasil menelurkan sebuah dokumen, yang untuk pertama kalinnya memberikan tuntutan praktis apa yang "boleh" dan "tidak boleh" bagi warga Muslim di AS.
"Selalu ada pertemuan untuk mengungkapkan niat baik dan setiap pembicaraan selalu menyentuh masalah persatuan. Tapi yang paling signifikan saat ini, bahwa kami sudah melakukan tindakan nyata, tentang perbaikan perilaku. Dan kami menandatanganinya bersama, " papar Hathout.
Dalam dokumen bersama itu disebutkan pula bahwa Muslim AS berkeinginan untuk membantu menghentikan lingkaran kekerasan yang di Timur Tengah dan mencegah agar konflik di Irak tidak menjalar ke tanah Amerika. (ln/Islamicity/LAtimes).