Komunitas Muslim AS Protes Pengintaian Polisi yang Berlebihan

US MuslimMemprotes  polisi karena menginjak-injak kebebasan beragama, organisasi Muslim telah mengajukan gugatan terhadap Kepolisian New York karena memata-matai umat Muslim dan tempat-tempat ibadah mereka.

“Ketika kepolisian menjadikan mereka yang pergi ke Mesjid sebagai potensi ‘tersangka’ dan bukan orang yang pergi ke gereja atau sinagog, ini melanggar konstitusi Negara kita tentang kebebasan kesetaraan dan kebebasan beragama,” kata Hina Shamsi, direktur dari American Civil Liberties Union, dalam konferensi pers yang dikutip oleh Wall Street Journal pada hari Rabu, 19 Juni.

Gugatan, yang diajukan ke Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Timur New York pada Selasa, memprotes bahwa polisi New York menyamakan praktik ibadah Islam dengan aktivitas yang mencurigakan.

The Associated Press telah mengungkapkan bahwa NYPD mengirim petugas yang menyamar ke dalam komunitas Muslim untuk melacak aktifitas kehidupan mereka sehari-hari dan memantau aktifitas masjid serta organisasi mahasiswa Muslim.

AP juga mengungkapkan bahwa intelijen NYPD telah membentuk Satuan Demografi dengan menggunakan petugas polisi berpakaian preman untuk memantau kelompok-kelompok Muslim di wilayah metropolitan.

AP juga menemukan bahwa NYPD terus memantau dan menyimpan file rahasia bisnis yang dimiliki masyarakat tertentu, hanya karena mereka adalah Muslim.

Menurut salah satu agen polisi , biasanya intelijen tersebut membuat dokumentasi foto terhadap bisnis Muslim dan menguping pembicaraan pada saat makan siang ataupun  di dalam toko.

Dengan menggunakan informasi ini, departemen kepolisian membuat database yang menunjukkan di mana seorang Muslim tinggal, sholat, membeli bahan makanan, dan menggunakan internet.

Kebijakan polisi  tersebut membuat marah Muslim AS, yang menggambarkan pengawasan polisi sebagai pelanggaran hak-hak sipil dan agama mereka.

Perdebatan tentang pengawasan polisi telah memicu dalam dua minggu terakhir setelah pengungkapan bahwa pemerintah federal telah diam-diam mengumpulkan rekaman telepon dalam skala besar selama bertahun-tahun.

Komunitas Muslim mengeluh bahwa pengawasan polisi telah menjadikan komunitas mereka dalam keadaan ketakutan.

“Saya tidak ingin tunduk untuk setiap pemeriksaan polisi atau lebih buruk dari itu,” kata Hamid Hassan Raza, imam dari Masjid Brooklyn berbasis Al-Ansar.

Raza, yang polisi AS sebut ia sebagai salah satu terdakwa, mengatakan pengawasan polisi telah membuatnya ia mencurigai setiap pendatang baru ke masjid, takut mereka mungkin informan.

“Kami tidak dapat berbicara tentang ini secara terbuka karena kita takut.” Tambahnya.

Asad Dandia, seorang mahasiswa perguruan tinggi berusia 20 tahun dari Brooklyn yang ikut mendirikan badan amal Islam, mengatakan kelompoknya telah disusupi oleh informan polisi.

Dia mengatakan , dengan adanya informan polisi, masyarakat menjadi meninggalkan dia dan  masyarakat enggan untuk terlibat dalam tugas keagamaan.

“Kami telah ditolak dari masjid kita sendiri, sumbangan masyarakat telah menurun dan sampai hari ini teman-teman tidak ingin terlihat di depan umum berdekatan dengan saya.”

Ramzi Kassem, seorang pengacara yang mewakili Dandia dalam gugatan, mengatakan pengawasan polisi tersebut telah menyebabkan komunitas Muslim enggan untuk melaporkan “kejahatan sehari-hari,” mereka  takut dengan melapor ke polisi, maka interogasi polisi  akan digunakan untuk tujuan intelijen.” (Oi.Net/KH)