Komposer Inggris Terinspirasi Oleh Asmaul Husna

Asmaul Husna telah menginspirasi John Tavener-seorang komposer Inggris- menciptakan komposisi musik terbarunya berjudul "Beautiful Names" yang akan dipentaskan di Westminster Cathedral besok, Selasa (19/6).

Pada surat kabar The New York Times edisi hari Minggu kemarin, Tavener mengungkapkan, Asmaul Husna adalah nama-nama yang sangat mengagumkan dan ia mencoba menerjemahkan kedalaman maknanya lewat musik.

"Butuh waktu yang cukup lama untuk menyatukan unsur-unsur yang banyak itu, termasuk menyesuaikannya dengan paduan suara Westminster Cathedral, dengan orkes simfoni BBC dan dengan suara penyanyi solo bariton Mark Ainsley, juga suara drum yang jumlahnya hampir 99 dentuman, satu dentuman untuk tiap nama, " papar Tavener yang namanya mulai mencuat ketika ia menciptakan komposisi "Song for Athene", yang diperdengarkan saat pemakaman Putri Diana tahun 1997.

Tavener mengaku menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menciptakan komposisi "Beautiful Names." Pangeran Charleslah yang telah memberinya tugas untuk menciptakan komposisi itu. Tavener sendiri dikenal banyak menciptakan dan mempersembahkan karya-karyanya untuk keperluan keagamaan dan kerap berbagi ide dengan Pangeran Charles terkait minat yang cukup tinggi sang pangeran terhadap masalah agama.

Selain menciptakan komposisi "Beautiful Names", Tavener juga menciptakan komposisi berjudul "The Veil of the Temple." Kedua komposisi itu menjadi titik perubahan karya-karyanya sekaligus menunjukkan pertanda adanya diversifikasi baru aliran musik seorang penganut Kristen.

"Saya mencapai titik di mana setiap komposisi yang saya tulis biasanya sangat sederhana dan dibatasi oleh sistem nada gereja Ortodoks, " ujar Tavener.

Ia menambahkan, "Saya merasa sebuah kebutuhan, paling tidak dalam musik saya, untuk lebih menjadi seorang yang lebih universal, mengambil warna dan bahasa yang lain dari biasanya. "

Sekarang, menurut Tavener, ia membuka mata dan telinganya untuk mencari inspirasi dari Islam atau Hindu, guna memperkaya komposisi-komposisi musiknya. Selama ini, ia mengaku menolak ide-ide kemajuan dan perkembangan, karena ia meyakini bahwa seni sudah mencapai tingkat sempurna pada masa "primordial." Dan segala sesuatu yang modern dan berasal dari Barat adalah sebuah kesalahan.

"Hal ini, dulunya menjadi semacam tirani buat saya. Sekarang saya merasa bebas untuk berkelana, sepanjang itu menimbulkan sentuhan metafisik, " ujarnya. Sejauh ini, tidak ada komentar dari warga Muslim Inggris tentang hasil karya Tavener, yang terinspirasi dari Asmaul Husna.(ln/iol)