Koalisi Syiah yang dipimpin oleh PM Irak Nouri Maliki memimpin hasil pemilihan di 7 dari 12 provinsi, termasuk Baghdad, dalam pemilu yang diselenggarakan bulan lalu.
Para pengamat mengatakan hasil ini memberikan indikasi dukungan politik menjelang pemilihan parlemen tahun depan.
Ini adalah yang pertama Pemilihan suara untuk dewan lokal yang diadakan sejak kepergian pasukan AS pada akhir 2011. Kekerasan yang meluas merusak pelaksanaan pemilu.
Ketegangan tinggi antara Islam Sunni dan sekte Syiah, di tengah protes mayoritas Sunni bahwa mereka dipinggirkan oleh pemerintah Maliki.
14 calon parlemen, kebanyakan dari Islam Sunni, dibunuh bulan lalu. TPS juga diserang dan pemerintah terpaksa menunda pemungutan suara di dua provinsi yang didominasi Sunni.
PBB menggambarkan April bulan lalu sebagai bulan paling mencekam di Irak sejak 2008.
Hasil Sabtu menunjukkan koalisi Syiah-Maliki memenangkan suara di Baghdad dan provinsi Basra yang kaya minyak.
Hampir 14 juta warga Irak yang berhak untuk memilih lebih dari 8.000 kandidat bersaing untuk 378 kursi di dewan provinsi pada tanggal 20 April.
Tapi para pejabat pemilihan umum mengatakan jumlah pemilih yang memberikan suaranya hanya sekitar 50% dari seluruh hak pilih rakyat Irak.
Pasukan Irak mengambil alih keamanan dalam pemilihan untuk pertama kalinya sejak invasi 2003. April lalu adalah bulan paling mematikan di negara itu dalam lima tahun, dengan total 712 orang tewas dalam “aksi tindakan kekerasan”, tim PBB di Irak mengatakan, (BBC/ KH)