Knesset Israel berencana untuk mengontrol Masjid Al Aqsha , Masjid suci ketiga di dunia bagi umat Islam , di bawah kendali pemerintahan Israel. Kebijakan ini telah memicu kemarahan dari para pejabat Palestina , dan memperingatkan bahwa Israel telah bermain api dengan menodai Masjid sucian Islam.
” Mereka bermain dengan api , ” Ahmed al – Rubaidi , seorang pejabat Palestina , mengatakan kepada Anadolu Agency pada hari Minggu, 16 Februari.
” Israel tahu bahwa dampak dari menodai tempat-tempat suci di Al – Quds ( Yerusalem Timur ) akan melampaui otoritas wilayah Palestina , ” tambahnya .
Kritik itu datang menjelang sesi rapat parlemen Knesset yang direncanakan pada hari Selasa ini untuk membahas proposal agar menempatkan Al – Aqsa di bawah pengawasan Israel . Proposal ini dibuat oleh anggota parlemen Knesset Moshi Viglen dari partai Likud .
Rencana itu muncul di tengah meningkatnya serangan ke masjid oleh pemukim Yahudi yang didukung oleh pasukan Israel .
Sebelumnya pada bulan Februari , sejumlah jamaah sholat telah terluka setelah pasukan Israel menyerbu Al – Aqsa di Al – Quds dengan menembakkan granat gas dan peluru karet pada jamaah.
” Sayap kanan Yahudi sedang menguji kesabaran bangsa Palestina dan Arab , ” kata al- Rubaidi .
Dia menegaskan bahwa kepemimpinan Palestina akan menolak apa yang ia sebut sebagai upaya Israel untuk ” memaksakan realitas baru ” di wilayah-wilayah pendudukan .
Para pejabat Palestina lainnya juga memprotes rencana Israel , dan menambahkan bahwa tidak akan ada kedaulatan atas Masjid Al-Aqsha dan tempat suci Islam dan Kristen selain kedaulatan Palestina .
” Ini adalah hak penuh dari Arab , termasuk Muslim dan Kristen , ” kata Menteri Otoritas Palestina Urusan Agama Mahmoud al – Habbash dikutip oleh Jerusalem Post .
Al – Habbash memperingatkan bahwa Israel yang berencana untuk ” membagi ” Masjid Al-Aqsha , mengatakan bahwa , ” Upaya ini tidak akan berhasil . ”
Al – Quds adalah rumah bagi Al – Haram Al – Sharif , yang mencakup masjid Al – Aqsa tersuci ketiga , dan merupakan jantung dari konflik Arab-Israel .
Israel menduduki kota suci dan Tepi Barat dalam perang tahun 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional .
Sejak itu, Israel telah mengadopsi serangkaian langkah-langkah penindasan untuk memaksa warga Palestina keluar dari kota , termasuk pembongkaran sistematis rumah mereka dan pembangunan permukiman Yahudi disana (oi.net/KH)