Pernikahan Aisyah dengan Rasulullah
Setelah kematian istri pertama Rasul, Khadijah, beliau didatangi oleh malaikat Jibril yang memberitahukan mengenai Aisyah. Aisyah ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Aku bermimpi selama tiga malam. Malaikat datang kepadaku dengan membawa gambarmu dalam sepotong kain sutra seraya berkata, ‘Inilah istrimu.’ Lalu, aku buka kain penutup wajahmu, ternyata itu adalah gambarmu. Saat itu aku bergumam, jika ini kehendak Allah, maka pasti terlaksana.” (Muttafaq ‘alaih)
Setelah mendapatkan mimpi itu, Rasul pun datang meminang Aisyah yang saat itu masih berumur 7 tahun. Barulah pada usia 9 tahun Rasul menikahi Aisyah.
Ketika ditanya oleh Abu Salamah bin Abdurrahman tentang jumlah mahar yang diberikan Rasulullah:
“Aisyab menjawab, Mahar Rasulullah kepada istri-irstrinya adalah dua belas uqiyah dan satu nasy. Tahukah kamu satu nasy itu? Dijawab, Tidak. Kemudian lanjut Aisyah. Satu nasy itu sama dengan setengah uqiyah, yaitu lima ratus dirham. Maka inilah mahar Rasulullah terhadap istri-istri beliau.“ (HR. Muslim)
Aisyah adalah istri yang paling dicintai Rasul setelah Abu Bakar, ayahnya. Rasulullah ditanya oleh Amru bin ‘Aash,
“Siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah!” Amru bertanya lagi, “Dan dari kalangan laki-laki?” Beliau menjawab, “Ayahnya!” (Hadits muttafaqirn ‘alaihi)
Bahkan saking cintanya, istri-istri Rasul yang lain menaruh cemburu pada Aisyah. Aisyah pernah berkata:
“Orang-orang berbondong-bondong memberi hadiah pada hari giliran Rasulullah padaku. Karena itu, teman-temanku (istri Nabi yang lainnya) berkumpul di tempat Ummu Salamah. Mereka berkata, ‘Hai Ummu Salamah, demi Allah, orang-orang berbondong-bondong mernberikan hadiah pada hari giliranRasulullah di rumah Aisyah, sedangkan kita juga ingin rnemperoleh kebaikan sebagaimana yang diinginkan oleh Aisyah.’
Melihat reaksi seperti itu, Rasulullah meminta kaum muslimin untuk memberikan hadiah kepada beliau pada hari giliran istri Rasulullah yang mana saja. Ummu Salamah pun telah menyatakan keberatan kepada Rasulullah. Dia berkata, “Rasulullah berpaling dariiku. Ketika beliau mendatangi aku, akupun kembali mernperingatkan hal itu, tetapi beliau berbuat hal yang serupa.
Ketika aku rnenginatkan beliau untuk yang ketiga kalinya, beliau tetap berpaling dariku, sehingga akhirnya beliau bersabda, ‘Demi Allah, wahyu tidak turun kepadaku selama aku berada di dekat kalian, kecuali ketika aku dalam satu selimut bersama Aisyah.” (HR. Muslim)
Aisyah adalah wanita yang paling banyak meriwayatkan perkataan Rasul dan selalu berani untuk menegakkan Islam, bahkan setelah Rasul wafat. Ia menjadi penasehat pemerintahan hingga akhir hayatnya.
Abu Salamah berkata,
“Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih mengetahui Sunnah Rasulullah, lebih benar pendapatnya jika dia berpendapat, lebih mengetahui bagaimana Al-Qur’an turun, serta lebih mengenal kewajibannya selain Aisyah.”