Eramuslim.com – Sebelum masuk pada kisah wafatnya Sayyidah Aisyah di bulan ramadhan, sebaiknya kita lebih kenal dulu siapa Sayyidah Aisyah ini.
Aisyah adalah salah satu wanita penghuni surga yang paling utama. Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ
“Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam bintu Imran, Fatimah bintu Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Khadijah bintu Khuwailid, dan Asiyah.” (HR. Hakim 4853 dan dinilai ad-Dzahabi: shahih sesuai syarat Muslim).
Aisyah adalah putri Abdullah bin Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tamim bin Marrah bin Ka’ab bin Luay atau Abu Bakar Ash Shiddiq. Aisyah lahir 9 tahun sebelum Hijriah atau 4 tahun sesudah Rasul mendapat kenabiannya.
Kedua orang tuanya telah memeluk Islam ketika ia lahir sehingga ia dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan nilai-nilai Islam yang kuat.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Urwah bin az-Zubair bahwa Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
لم أعقل أبوي إلا وهما يدينان الدين
“Aku belumlah berusia baligh ketika kedua orang tuaku sudah memeluk Islam.”