Sedangkan terkait dengan kemurahan hati Imam Syafi’i terjadi dalam banyak peristiwa. Salah satunya kisahya yang terkenal adalah terkait dengan kemurahan hatinya di bulan Ramadhan saat dia hendak pindah ke Makkah.Saat itu, kalau perjalanannya sampai di perbatasan Makkah, dia terkejut dengan kehidupan warganya yang sangat miskin. Keadaan ini berbanding terbalik dengan posisi dirinya yang bisa dibilang cukup kaya karena dia mempunyai uang hingga 10.000 dirham. Uang sebanyak itu merupakan jumlah uang yang sangat besar pada masa itu.
Melihat kesengsaraan itu hati Imam Syafi’i pun terketuk. Dan tak tanggung-tanggung dia kemudian memberikan seluruh uangnya itu, sampai-sampai dia harus meminjam sejumlah uang di Makkah untuk membiayai hidupnya sendiri.
Sikap kedermawanan Imam Syafi itu ternyata dia contoh dari karakter Nabi Muhammad SAW. Rupanya Imam Syafi’i selama ini telah bertekad mencontoh tindakan Rasullah yang selalu memberikan pakaian, makanan, dan uang secara ekstensif di bulan Ramadhan.
Sampai akhir hayatnya, imam Imam Syafi’i berada di perkumpulan orang terpelajar. Dilaporkan dia pun menghabiskan hari-hari terakhirnya di sebuah lembaga pendidikan yang dikelola Abdullah Ibnul Hakam, seorang sarjana terkenal pada masanya.
Imam Syafi’i diperkirakan meninggal usia 54 tahun, pada sebuah hari Jumat di bulan Rajab di tahun 204 H (820 M). Gubernur Mesir waktu itu mengakui keunggulan akademisnya dengan tidak hanya menghadiri pemakamannya tapi benar-benar memimpin doa-doa sewaktu pemakaman tersebut. Tempat peristirahatan terakhir Imam Syafi’i diperkirakan berada di kaki perbukitan gunung Mukatram.(kl/rol)
Penulis: Muhammad Subarkah (Redaktur Republika Online)