Hubungan Dengan Kisah Nabi Musa dan Nabi Harun
Setelah Nabi Musa berhasil mengeluarkan umatnya yaitu Bani Israil dari Mesir, Nabi Musa mengutus Nabi Harun untuk menjaga kaumnya agar kaumnya tidak tersesat.
Nabi Musa kemudian menuju bukit Sinai untuk berkhalwat dan berpuasa selama empat puluh hari untuk menerima wahyu selanjutnya dari Tuhan.
Setelah Nabi Musa menjalankan tugasnya untuk menerima wahyu lalu kembali ke tempat Nabi Harun tinggal bersama kaumnya.
Namun Nabi Musa mendapati kaumnya telah disesatkan oleh sorang bernama Samiri dalam kelompoknya dan berpaling dari ajaran Tuhan mereka menyembah patung sapi yang terbuat dari emas, kaumnya beranggapan bahwa Nabi Harun merupakan orang yang lemah sehingga tidak menuruti Nabi Harun yang saat itu menjadi pemimpin umatnya.
Saat itu Nabi Musa memerintahkan kepada tujuh puluh orang terbaik di kaum tersebut untuk pergi ke bukit Sinai untuk bertaubat dan memohon ampun mewakili seluruh kaumnya yang telah menyimpang ditemani oleh Nabi Musa.
Setelah mereka sampai kemudian bersujud, saat bersujud memohon ampun mereka mendengar percakapan Nabi Musa dengan Tuhan lalu timbullah keinginan dalam benak mereka keinginan untuk melihat Tuhan.
Setelah mendengar percakapan tersebut kaumnya berkata dengan lancang kepada Nabi Musa bahwa mereka tidak akan menyembah Tuhan kecuali mereka diperlihatkan wujud-Nya secara nyata.
Sebagai jawabannya Tuhan menurunkan petir kepada tujuh puluh orang tersebut dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa yang melihat tujuh puluh kaum terbaiknya wafat memohon kepada Tuhan agar mereka dihidupkan kembali dan memaafkan segala dosa yang telah diperbuat kaumnya.
Setelah Nabi memohon lalu mereka dihidupkan kembali dan berjanji untuk menaati segala perintah yang dibenarkan oleh Tuhan.