Eramuslim.com – Kejadian banjir di Jakarta dan daerah lain di Indonesia awal tahun ini membuat kita tersadar bahwa banyak hal yang harus dibenahi, dimulai dari diri kita masing-masing.
Banjir yang terjadi seiring dengan curah hujan yang tinggi tersebut juga mengingatkan kita bahwa Allah Swt Maha Segala-galanya.
Allah Swt berfirman yang artinya, “Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghobun: 11)
Dari ayat di atas jelas dapat kita pahami bahwa segala sesuatu dapat terjadi atas izin Allah termasuk musibah.
Siapa sangka, Ka’bah yang berada di daerah yang terkenal kering dan tandus pernah pula dilanda banjir bahkan pada zaman Nabi Muhammad saw.
Ketika itu, Nabi Muhammad belum diangkat menjadi rasul dan baru berusia 35 tahun.
Hujan yang datang secara terus menerus mengakibatkan banjir hingga membuat dinding Ka’bah retak sehingga harus segera diatasi.
Beberapa suku Quraisy akhirnya bahu-membahu memperbaiki Ka’bah sebagai tempat sakral termasuk meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Sementara itu dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik ra dikatakan, “Di masa Nabi saw, terjadi musim paceklik. Ketika Nabi saw berkhotbah, berdirilah seorang Arab pedalaman.”
Orang Arab itu kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, harta telah hancur dan keluarga kelaparan. Doakan kepada Allah untuk kami.”
“Kemudian, Nabi saw mengangkat kedua tangannya. Kami tidak melihat adanya awan di langit. Demi Allah yang jiwaku ada dalam kuasa-Nya. Nabi belum menurunkan tangannya hingga awan menyebar seperti gunung-gunung. Nabi belum turun dari mimbar hingga aku melihat hujan telah menetes di jenggot Nabi saw.”
“Di hari itu kami mendapat hujan, esok dan lusa, hingga Jumat berikutnya.”
Kemudian orang tadi berkata kembali, “Wahai Rasulullah, bangunan telah hancur dan harta tenggelam. Doakan kepada Allah untuk kami.”
Nabi lantas berdoa, “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan jadikan petaka bagi kami.”
Tidaklah Nabi saw mengisyaratkan dengan tangannya ke arah awan kecuali awan tersebut terlepas dari awan yang lain.” (HR. Bukhari)
Sedangkan dalam riwayat lain kitab Sahih Bukhari bahwa apa yang dilakukan Nabi Muhammad saw di atas adalah untuk memperlihatkan mukjizat dari Allah Swt dengan cara dikabulkannya doa.
Wallahu a’lam. (AKR)