Berdasarkan situs resmi Dompet Dhuafa, Abdurrahman bin Auf pernah memberikan 200 uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan kurang lebih 31 gram) untuk memenuhi kebutuhan logistik selama perang Tabuk.
Saat ada seruan untuk berinfaq dari Rasulullah SAW, ia tak pernah berpikir panjang dan ragu-ragu.
Begitupun saat perang Badar yang jumlahnya mencapai 100 orang, dia memberikan santunan 400 dinar kepada masing-masing veteran.
Abdurrahman bin Auf juga menyumbangkan 40.000 dinar, 500 ekor kuda, dan 1.500 unta untuk para pejuang.
Menurutnya, kurma busuk adalah salah satu obat yang bisa menyembuhkan dari penyakit menular itu. Akhirnya utusan raja Yaman tersebut memborong semua kurma milik Abdurrahman bin Auf dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.
Berkat kedermawanannya itu, tidak membuat Abdurrahman bin ‘Auf langsung jatuh miskin, justru kehidupannya terus meningkat.
Keberhasilannya dalam bisnis membuatnya dijuluki sebagai tangan emas, karena apapun yang dikerjakan selalu sukses dan membuahkan hasil yang besar.
Di saat Abdurrahman bin Auf merelakan semua hartanya agar jatuh miskin, saat itu pula Allah memberikan limpahan harta berkali-kali lipat untuknya.
Hingga pada waktunya, dia meninggal di usia 72 tahun dan masuk dalam deretan 10 sahabat nabi yang dijamin masuk surga.
Baginya, warisan terbaik yang ditinggalkan pada keluarganya saat meninggal bukanlah harta atau kekayaan, melainkan ajaran Islam dan teladan dari Rasulullah SAW.
[Detik]