Kisah Abdurrahman bin Auf, Orang Kaya yang Tak Lelah Bersedekah

Eramuslim.com – Siapa yang tidak ingin menjadi orang kaya. Hampir semua manusia pasti ingin dirinya kaya raya agar hidupnya selalu terpenuhi dan bisa membeli apapun yang diinginkan.

Namun hal itu tak dirasakan oleh sahabat Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf.

Inspirasi Sahabat Nabi

Abdurrahman bin Auf merupakan orang kaya raya. Dirinya justru ingin menjadi orang miskin selalu gagal. Sebagai sahabat nabi, dia sangat gemar sedekah.

Kebiasaannya itu dilakukan karena dirinya khawatir akan memasuki surga paling terakhir.

Oleh karenanya dirinya terus bersedekah agar seluruh harta yang dimilikinya bisa mengubah kekhawatirannya.

“Suatu ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berkata, Abdurrahman bin Auf akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya, sehingga dihisabnya paling lama. Mendengar hal tersebut Abdurrahman bin Auf pun berpikir keras, bagaimana caranya agar ia kembali menjadi miskin supaya dapat memasuki surga lebih awal,” tuturnya.

Karena rasa khawatir itu, Abdurrahman bin Auf pernah menyerahkan separuh hartanya pada zaman nabi.

Tidak sampai di situ, dia pun lanjut bersedekah sebanyak 40.000 dinar. Perlu diketahui, kekayaan yang dimiliki dia kebanyakan berasal dari hasil perdagangan.

Di tengah rasa khawatirnya, Abdurrahman bin Auf pun malah ditawarkan harta oleh salah satu kaum Anshar bernama Sa’ad. Dia terkenal dengan kekayaannya di Madinah namun Abdurrahman bin Auf menolaknya.

Selain menolak, Abdurrahman bin Auf justru bertanya mengenai lokasi pasar yang berada di Madinah. Setelah mengetahui itu, dirinya membeli tanah dan menjadikan sebagai kavling pasar.

Tujuannya untuk memfasilitasi orang-orang yang ingin berdagang namun tidak ada modal besar untuk menyewa tempat.

Setelah berhasil membeli tanah dan membuat kavling, Abdurrahman bin Auf pun memberikan kesempatan kepada banyak orang di sana untuk berjual tanpa membayar sewa.

Dia justru menerapkan sistem bagi hasil yang lebih adil, sehingga tidak memberatkan dan mencekik para pedagang yang masih merintis.