Serangan pesawat drone AS telah mengkhawatirkan banyak Muslim Pakistan di daerah suku yang bergolak dengan tidak melakukan shalat Tarawih selama bulan suci Ramadhan.
“Hal ini sangat disayangkan, tapi benar, banyak, termasuk saya tidak melakukan Tarawih di masjid tahun ini karena takut serangan pesawat tak berawak,” kata Rahat Dawar, warga Dattakhel, sebuah kota kecil di Waziristan Utara, kepada OnIslam.net.
Dattakhel telah menjadi salah satu target utama serangan pesawat tak berawak AS, menewaskan ratusan orang, termasuk perempuan dan anak-anak selama lima tahun terakhir.
“Serangan Drones biasanya menargetkan warga yang sedang berkumpul yang AS anggap adalah pejuang Taliban,” kata Dawar.
“Tapi, mereka tidak mencapai target mereka sepanjang waktu,” tambahnya, merujuk pada pembunuhan ratusan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak dalam serangan pesawat tak berawak sejak tahun 2004.
AS telah melancarkan serangan pesawat tak berawak di daerah suku Pakistan dekat perbatasan dengan Afghanistan untuk melacak militan dari Al-Qaidah dan Taliban.
Lebih dari 300 orang telah tewas dalam 29 serangan pesawat tanpa awak di Waziristan Utara dan Selatan pada tujuh bulan pertama tahun ini.
Meskipun Washington melakukan serangan pesawat tak berawak hanya dua kali selama sepuluh hari pertama bulan Ramadhan, penduduk setempat sering melihat pesawat predator tanpa awak melayang di daerah tersebut, menyebabkan kepanikan di antara mereka.
“Apakah itu siang atau malam, Anda melihat pesawat terbang di daerah tersebut hampir dua sampai empat kali sehari,” kata Rahat.
“Saya pergi untuk melakukan shalat Tarawih di hari pertama, tetapi suara dari pesawat terbang di atas kepala kami membuat saya terganggu.
“Setiap kali saya rukuk saya merasa pesawat tak berawak itu akan menembakkan rudalnya, dan saya tidak akan bisa bangkit lagi,” kata Rahat.
Gul Wazir Dawar, warga kota Ghulam Khan, yang berbatasan dengan provinsi timur laut Khost, juga berhenti melakukan shalat di luar ruangan karena khawatir serangan pesawat tak berawak.
“Saya merasa malu bahwa saya tidak menjalankan shalat tarawih hanya karena takut mati,” kata Gul, pemilik toko kepada OnIslam.net.
“Drone tidak tahu apakah warga berkumpul untuk melakukan ibadah atau pertemuan militan. Mereka hanya mengerti menembakkan rudal,” ujarnya.
Satu setengah tahun yang lalu, sebuah pesawat tak berawak AS menyerang sebuah dewa suku (Jirga) di dekat Miramshah, ibukota Waziristan Utara, yang tengah menyelenggarakan acara untuk menyelesaikan perselisihan lokal, menewaskan dua puluhan warga dan personil keamanan.
“Dan ini bukan akhir,” kata Gul.
Namun Hamid seorang warga mengatakan bahwa hilangnya shalat Tarawih di masjid-masjid hanya karena takut mati akan mengundang murka Allah.
“Justru saat ini, saatnya untuk mendekati Allah, dan mencari berkah,” kata Hamid.(fq/oi)