Pasca serangan 11 September 2001, AS menyatakan Khalid Syaikh Mohammad, seorang warga negara Pakistan sebagai dalang dari serangan yang meluluhlantakkan gedung kembar World Trade Center dan sebagian gedung Pentagon. Sejak itu, Syaikh Mohammad menjadi orang yang paling dicari oleh pemerintah AS dan disebut-sebut sebagai orang penting ketiga di kepemimpinan jaringan al-Qaidah.
Syaikh Mohammad baru tertangkap dua tahun setelah peristiwa 11 September di Rawalpindi, Pakistan. Ia pun harus mendekam di tahanan CIA dan dikirim ke kamp penjara Guantanamo, kamp penjara yang dibuat AS khusus untuk orang-orang yang oleh AS dicurigai sebagai teroris. Bertahun-tahun di kamp penjara yang dikenal bengis dan kejam, baru pada tanggal 11 Februari 2007 pengadilan militer Guantanamo buatan Presiden Bush mengenakan tuduhan pada Syaikh Mohammad antara lain dengan tuduhan kejahatan perang, pembunuhan dan konspirasi dengan ancaman hukuman mati.
Dalam sidang pra-peradilan, Syaikh Mohammad menyatakan ingin membuat pengakuan bersalah atas tuduhan-tuduhan kejahatan yang dikenakan padanya. Namun keinginan Syaikh Mohammad menuai kritik dan menimbulkan tanda tanya benarkan keinginannya itu atas kemauannya sendiri, mengingat bahwa di kamp penjara Guantamo teknik interogasi dilakukan dengan penyiksaan dan para tahanan di kamp penjara itu juga mendapat perlakuan kejam serta pelecehan.
Sosok Khalid Syaikh Mohammad
Tidak banyak yang tahu kehidupan dan latar belakang Syaikh Mohammad secara detil. Ia dipekirakan lahir antara tahun 1964 atau 1965 dari keluarga campuran asal Kuwait dan Pakistan. Syaik Mohammad menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Kuwait, kemudian kembali ke Pakistan.
Pada usia 16 tahun, Syaik Mohammad disebut-sebut bergabung dengan organisasi Ikhwanul Muslimin dan pindah pindah ke AS. Ia kuliah di sebuah akademi milik gereja di North Carolina dan meneruskan pendidikannya di A&T University hingga lulus dengan gelar insinyur mesin pada 1986.
Syaikh Mohammed juga disebut-sebut pernah ke Afghanistan dan bergabung dengan para mujahidi disana melawan invasi Uni Sovyet. Ia kemudian untuk pertama kalinya "berkenalan" dengan Usamah bin Ladin, tokoh yang dikemudian hari banyak membentuk cara berpikir dan kehidupannya. Tapi tidak ada yang tahu secara pasti kapan kontak pertama itu terjadi, apakah ketika Syaikh Mohammad ada di Pakistan atau ketika ia di Afghanistan. Selain Afghanistan, Syaikh Mohammad kabarnya juga pernah bergabung dengan para muhajidin di Filipina, Qatar dan Sudan.
Tahun 1995, otoritas berwenang di AS mulai memantau tindak tanduk Syaikh Mohammad lewat Operasi Boijinka. Operasi yang digelar AS untuk mengejar kelompok yang dituduh merencanakan aksi ledakan terhadap 12 penerbangan komersial di Laut Pasifik dan salah satu tersangkanya adalah Syaikh Mohammad.
Pengadilan New York diam-diam memasukkan namanya sebagai salah seorang yang ikut berperan dalam aksi serangan tersebut. Hingga Syaik Mohammad tertangkap dalam kasus serangan 11 September. Komisi penyelidik AS untuk peristiwa itu menyebut Syaikh Mohammad sebagai seorang pemimpin yang efektif di tengah para koleganya.
"Para pelaku lainnya menyebut dia (Syaikh Mohammad) sebagai seorang yang cerdas, efisien dan kadang temperamental yang melakukan proyek-proyeknya dengan dedikasi tinggi, dan ia mengharapkan dedikasi serupa dari para koleganya," demikian isi laporan komisi penyelidik serangan 11 September.
Tapi tidak seperti Bin Ladin yang senang tinggal di gua-gua di tempat terpencil, Syaikh Mohammad disebut-sebut lebih senang tinggal di hotel-hotel mahal dan sering datang ke klub-klub malam saat ia berada di Filipina.
Komisi penyelidik AS menuding Syaikh Mohammad merencanakan serangan 11 September sejak awal tahun 1998, setelah ia bergabung dengan al-Qaidah. Ia tertangkap dalam sebuah penyerbuan pada pagi dinihari yang dilakukan oleh agen-agen intelejen AS dan Pakistan, ke sebuah tempat di Rawalpindi, Pakistan. Sebelum tertangkap, AS menjanjikan hadiah sebesar 25 juta dollar bagi siapa saja yang bisa memberikan informasi tentang keberadaan Syaikh Mohammad.
Syaikh Mohammad ditahan di penjara AS yang tidak diketahui lokasinya sebelum dipindahkan ke kamp penjara Guantanamo pada tahun 2006. Beberapa laporan menyebutkan, Syaikh Mohammad ditahan di Yordania sebelum dibawa ke Guantanamo.
Bulan Maret 2007, Syaikh Mohammad membuat pengakuan yang dilakukan secara tertutup untuk keperluan otoritas berwenang di AS agar bisa menentukan apakah Syaik Mohammad masuk dalam katagori "pejuang musuh" atau bukan.
AS lalu merilis sebuah transkrip yang diklaim sebagai pengakuan dari Syaikh Mohammad, bahwa ia bertanggung jawab atas sejumlah serangan mematikan termasuk serangan ke New York dan Washington tahun 2001. "Saya adalah direktur operasional Syaikh Usamah bin Ladin yang mengorganisir, merencanakan, menindaklanjuti dan melakukan eksekusi serangan 11 September," demikian isi transkrip yang oleh pihak AS diklaim sebagai pengakuan langsung Syaikh Mohammad.
Sejauh ini, tidak bisa dipastikan apakah transkrip itu asli atau hanya akal-akalan AS untuk mencari pembenaran atas penangkapan terhadap Syaikh Mohammad dan para tertuduh teroris lainnya yang hingga detik ini masih mendekam di kamp penjara Guantanamo. (ln/aljz)