Kepala Biro Politik Hamas tampil di siaran televisi Al-Jazeera. Ia menuding AS tengah berupaya menjegal upaya dialog yang sedang dijlin antara Hamas dan Fatah.
Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, Khalid Mishal mengatakan, “Washington melakukan komunikasi dengan para petinggi Arab untuk kembali menghalangi dialog antara Hamas dan Fatah."
"AS ingin memperkuat kepemimpinan Presiden Palestina dan merancang langkah untuk memerangi Hamas, kemudian memecah Palestina pada dua dikotomi: kelompok moderat dan ekstrim, " sambungnya.
Menurut Mishal, ambisi Bush yang begitu kuat terhadap Palestina saat ini, antara lain karena ingin mempersiapkan Palestina secara praktis menjadi lahan yang bisa digunakan sebagai sarana untuk melakukan operasi militer ke arah Iran, Suriah dan Libanon.
Terkait dengan upaya dialog yang sedang dilakukan, Mishal mengatakan akan tetap mendukung dialog. Namun ia menolak bila harus disertai ungkapan maaf atas apa yang dilakukan Hamas di Ghaza. Ia menegaskan, langkah penguasaan Ghaza tidaklah untuk melakukan serangan terhadap Fatah, karena Fatah adalah “partner dalam perjuangan dan dalam lapangan politik Palestina. ”
Mishal mengakui, bagaimanapun ada perilaku individu dari Hamas yang keliru. “Kami juga tidak membenarkan kesalahan yang mereka lakukan. Tapi bagaimanapun kesalahan itu adalah kesalahan sederhana dibandingkan dengan kesalahan orang-orang yang menjual Palestina kepada Israel dan Amerika, dengan melakukan perang terhadap pejuang Palestina.”
Mishal melemparkan tanggung jawab apa yang terjadi di Ghaza kepada semua pihak internasional dan lokal yang sejak awal memang ingin mengkudeta pemerintahan yang sah sesuai perolehan suara di pemilu Palestina, dan dimenangkan oleh Hamas. “Kami tetap berpegang bahwa dialog adalah solusi satu-satunya dengan Fatah, ” ujar Mishal. (na-str/aljzr)