Ketika Mualaf Inggris Dituduh Menjadi Agen CIA

Muslim Inggris mengecam mualaf yang dilaporkan ternyata telah bekerja selama bertahun-tahun sebagai agen CIA yang menyamar, menuduh mualaf tersebut mencoba untuk meradikalisasi komunitas Muslim di kota-kota Inggris seperti Birmingham dan Luton.

“Dia [Morten Storm] tidak memiliki pemahaman yang benar tentang Islam,” kata Abu-Easa Asif, host sebuah program radio mingguan terkait isu-isu Islam dan seorang pemimpin dalam komunitas Muslim lokal, The Copenhagen Post melaporkan.

“Ia memiliki pandangan yang sangat ekstremis,” ujar Asif.

Seorang mualaf, Storm, diumumkan awal pekan ini bahwa ia adalah seorang agen rahasia untuk layanan intelijen Denmark (PET) dan CIA.

Dia mengatakan kepada harian Jyllands-Posten Denmark bahwa ia direkrut oleh PET pada tahun 2006 untuk melacak ekstrimis di negara Skandinavia tersebut.

Dia juga mengatakan bahwa dia memimpin CIA mencari pemimpin Al-Qaidah di Yaman Anwar Al-Awlaki, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak tahun lalu.

Masuk Islam kemudian pindah ke Luton pada tahun 1999, Storm mengatakan kepada para pemimpin masyarakat muslim bahwa ia ingin memulai hidup baru setelah memiliki sejarah ekstremisme.

Asif, pemimpin Muslim mengatakan bahwa Storm telah berusaha keras untuk menyebarkan ide-ide radikal dalam komunitas Muslim Inggris.

Storm adalah “penyusup” dengan pandangan yang sangat ekstrimis yang berusaha menghasut para pemuda muslim Birmingham untuk menjadi radikal.

“Saya memperlakukan dia seperti saudara Muslim lainnya, memberinya makan di rumah saya dan membantunya ketika ia membutuhkan bantuan. Orang ini adalah teman saya dan dia malah mengkhianati kami,” kata Asif.

“Storm membantu mencuci otak banyak pemuda dengan bantuan PET, CIA dan MI5.”

Asif mengatakan Storm tiba di Birmingham sebagai agen bayaran dari PET, dengan pengetahuan tentang badan intelijen Inggris MI5 dan CIA Amerika.

“Dia tiba di Birmingham dengan banyak uang,” kata Asif.

“Dia suka memamerkan uang-uangnya, sering membayar orang lain ketika keluar di kota.”

“Dia melakukan banyak perjalanan, ke Denmark, ke Yaman, dan sebagainya,” tambahnya.

“Bagaimana dia bisa membeli sesuatu yang mahal ketika dia sendiri bahkan tidak punya pekerjaan? Namun ia mengaku ibunya telah memenangkan lotre.”

Muslim di kota Inggris Luton juga menuduh Storm bekerja untuk meradikalisasi anggota masyarakat mereka, mengatakan ia menciptakan kelompok sempalan yang bertentangan dengan Luton Islamic Centre yang moderat.

“Dia mempromosikan radikalisasi aktif di Luton. Tidak ada keraguan tentang itu,” kata Farasat Latif, seorang juru bicara untuk Islamic Centre Luton, kepada surat kabar Politiken.

Menghadapi oposisi dari Luton Islamic Center, Storm akhirnya pergi membuat kelompok sempalannya sendiri.

“Dia mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang militan,” kata Latif.

CIA dan FBI menggunakan Storm untuk melakukan operasi palsu dalam menjebak apa yang mereka katakan tersangka “potensi teror”.

Namun teknik ini memicu kemarahan di kalangan Muslim AS, yang menuduh dua lembaga tersebut menjebak pemuda Muslim menjadi teroris.

Pada tahun 2009, kelompok-kelompok Muslim telah mengancam untuk menangguhkan semua kontak dengan FBI atas taktik mereka yang mengirim informan ke masjid-masjid untuk membuat perangkap terhadap jamaah masjid.(fq/oi)