Hinaan yang datang cukup membuat kuping panas bagi seorang awam. Beberapa celetukan yang dia peroleh dari orang-orang tua (elderly people) antara lain ”stupid woman” yang berarti ”wanita bodoh”. Puncaknya ketika dia mendapat cemohan dari wanita berusia lanjut dengan berkata seperti di headline surat kabar itu: ”move away from the bomber.”
Saat mengunjungi tempat-tempat umum di Australia, Louise Pemble menulis reaksi masyarakat terlihat berlebihan dalam melihatnya, memandangnya, dan mengamatinya. Seolah-olah, ketika wanita itu lewat, daerah tersebut menjadi ‘siaga I’.
Dalam tulisan Louise yang menarik itu, dia menceritakan pernah mendengar bahwa ada seorang Muslimah yang ketika berada di sebuah pusat perbelanjaan bernama Carousel, mendapat perlakuan buruk. Misalnya diludahi, dilecehkan, bahkan ada yang sampai ditarik dan dirobek jilbabnya.
Di samping berbagai hinaan dan cemohan yang dia terima, secara mengejutkan ketika berada di kereta, Louise ditawari tempat duduk oleh seorang penumpang. Di kereta itu, ia diterima oleh orang-orang di dalamnya. Padahal, hal yang ia pikirkan saat itu adalah kemungkinan sebagian besar orang berpikir bahwa Louise akan melakukan bom bunuh diri dengan pakaian seperti itu. Tetapi ternyata tidak begitu adanya.
Di dalam akhir tulisannya, Louise menyampaikan kesannya terhadap misinya ini. Dia menulis, sisi positif berada di dalam pakaian Muslimah seperti itu adalah sebuah ”kebebasan”. Kebebasan dalam artian dia tidak menjadi perhatian hanya karena tubuh dan rambutnya. Namun sisi negatifnya, dengan berpakaian seperti itu, keamanan dan kenyamanan diri menjadi tidak pasti.[]
*Naskah ini bagian dari artikel Syahrani Azmi Rahim yang terbit di Harian Republika 2005. (Rol)