Putusan pengadilan terhadap Emdadur Choudhury, aktivis muslim dari organisasi Muslim Against Crusades (MAC), membuat geram sejumlah warga Inggris dan menjadi sorotan media massa di Inggris.
Pengadilan Woolwich Crown pada Senin (7/3) menyatakan Choudhury bersalah atas tindakannya membakar replika bunga madat berukuran besar saat melakukan aksi protes di Kensington, sebelah barat London, pada 11 November 2010.
Pembakaran replika bunga itu dilakukan bertepatan dengan peringatan Armistice Day di Inggris, untuk memperingati hari penandatanganan gencatan senjata pada masa Perang Dunia I. Sebelum melakukan aksi pembakaran, anggota MAC disebut-sebut meneriakan slogan "tentara Inggris akan dibakar di neraka" saat melakukan aksi protes di dekat Royal Albert Hall.
Hakim pengadilan Howard Riddle dalam putusannya mengatakan, "Teriakan para pengunjuk rasa yang berlangsung selama dua menit, sementara para peserta peringatan justru menjaga keheningan, kemudian pembakaran simbol peringatatan merupakan pelecehan yang disengaja terhadap mereka yang sudah meninggal dunia, dan mereka yang berduka cita serta sedang mengenang mereka yang telah gugur."
Choudhury dinyatakan bersalah berdasarkan "Section 5 of the Public Order Act" karena dinilai telah melakukan "pelecehan, tindakan berbahaya dan menimbulkan kesedihan" bagi orang yang menyaksikannya. Untuk itu ia dikenakan sanksi berupa denda sebesar 50 poundsterling.
Sanksi itu ternyata tidak memuaskan banyak pihak di Inggris, yang menganggap hukum denda terhadap Choudhury terlalu ringan. Surat kabar The Daily Mirror menulis, Choudhury seharusnya bisa dikenakan denda lebih dari 1.000 poundsterling.
Komentator harian The Daily Mail, Emily Andrews menyatakan, "Denda 50 poundsterling merupakan penghinaan bagi warga Inggris yang gugur dalam perang."
Veteran Perang Teluk Shaun Rusling mengungkapkan kemarahannya di The Daily Mirror. "Saya jijik dengan hukuman itu dan merasa terhina dengan prilaku para pengunjuk rasa. Mereka pengecut. Kalau kami yang membakar Qur’an, mereka akan marah. Saya kira hukuman itu terlalu ringan dan tidak bisa diterima. Saya marah, sangat marah," tukas Rusling.
Namun pandangan berbeda dilontarkan oleh seorang blogger Bagehot dalam tulisannya yang dimuat di The Economist. Ia mengatakan, akan lebih baik jika Choudhury dibebaskan dari segala tuduhan jika Inggris berkomitmen terhadap kebebasan berbicara dan kebebasan untuk melakukan aksi protes yang dilakukan dengan damai. (ln/bbc/IE)