Seorang perwira senior militer Suriah memutuskan untuk membelot dan bergabung dengan pasukan oposisi setelah menyaksikan ratusan milisi pro-rezim membantai lebih dari 100 warga sipil di kota Houla satu minggu yang lalu, sebuah surat kabar melaporkan pada hari Sabtu.
Pembantaian Houla, yang telah dipilih sebagai kekejaman terburuk selama pemberontakan di Suriah, menimbulkan kemarahan masyarakat internasional terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Pembantaian terjadi meskipun telah ada kesepakatan gencatan senjata antara rezim Suriah, pasukan oposisi dan PBB.
Utusan Suriah untuk PBB, Bashar al-Jaafari, bagaimanapun, menyalahkan kelompok teroris sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas pembantaian di Houla, di mana 49 anak dan sedikitnya 20 wanita menjadi korban yang tewas.
Namun, laporan kesaksian dari Mayor Jihad Raslan kepada koran Inggris Observer berbasis online, menolak propaganda pemerintah Suriah tersebut.
Pengakuan Raslan dianggap sebagai yang paling penting dari kesaksian yang telah muncul sejak pembantaiani Houla.
Raslan, yang menjabat sampai Sabtu lalu di Angkatan Udara Suriah di kota pelabuhan strategis Tartous, mengatakan ia telah berada di Houla untuk cuti ketika kota itu diserang Jumat sore pekan lalu. Kota itu diserang oleh milisi sipil dan kelompok-yang dikenal sebagai Shabiha, ujarnya.
Raslan mengatakan ia di rumahnya, sekitar 300 meter dari tempat pembantaian pertama di desa Taldous, ketika beberapa ratus orang, yang ia ketahui sebagai anggota Shabiha, masuk ke kota menggunakan mobil dan truk tentara serta sepeda motor.
“Banyak dari mereka botak dan berjenggot,” katanya kepada The Observer. “Banyak di antara mereka memakai sepatu olahraga putih dan celana tentara. Dalam aksinya mereka berteriak: ‘Shabiha selamanya, untuk mata Anda, Assad,” ujar Raslan.
“Dulu kami diberitahu bahwa kelompok bersenjata membunuh warga sipil dan tentara pembebasan Suriah membakar sejumlah rumah,” ujarnya. “Mereka membohongi kami. Sekarang saya melihat apa yang mereka lakukan dengan mata kepala saya sendiri. ”
Dia mengatakan pembunuhan di wilayahnya sudah berakhir pada sekitar 15 menit. Namun, terjadi kembali di bagian lain Houla dan berlanjut sampai dini hari Sabtunya, menurut saksi mata dan korban.
“Mereka korban yang dibantai adalah orang-orang yang saya kenal baik,” kata Raslan. “Anak-anak yang saya kenal dengan baik, secara pribadi. Saya makan dengan keluarga mereka. Saya memiliki hubungan sosial dengan mereka. Rezim tidak bisa berbohong tentang orang-orang ini, siapa mereka dan apa yang mereka lakukan kepada mereka. Ini adalah tindakan brutal yang dilakukan oleh rezim terhadap orang-orang yang menuntut revolusi.”
Dia mengatakan pembelotan telah meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir setelah pembantaian itu dan ia mengaku setidaknya ada lima pembelot yang ditembak mati saat mereka mencoba melarikan diri melalui kebun zaitun tidak jauh dari Houla beberapa hari setelah pembantaian di sana.(fq/aby)