Kalangan akademisi dan organisasi kemerdekaan sipil di AS, mengecam kebijakan pemerintahan AS menolak kehadiran cendikiawan Muslim Tariq Ramadan dari AS.
Roger Bowen, sekretaris jenderal American Association of University Professors megungkapkan penyesalannya yang mendalam atas keputusan pemerintahan Bush itu. Begitu juga Diana Eck, ketua American Academy of Religion yang menilai Tariq Ramadan sebagai salah satu pakar teologi Muslim terkemuka dan pemikiran-pemikiran Ramadan sangat penting bagi diskusi kontemporer tentang Islam di Barat.
Eck menyesalkan penolakan terhadap Ramadan yang saat ini menjadi pengajar di Oxford University. Menurutnya, kebijakan pengusiran yang dilakukan pemerintahan Bush, melukai komitmen AS untuk menghormati kebebasan mengeluarkan pendapat.
Ramadan dipaksa meletakkan jabatannya di sebuah universitas prestisius di AS, ketika pemerintah AS mencabut visanya pada tahun 2004, beberapa saat sebelum ia terbang ke AS. Ramadan kemudian mengajukan visa non-imigran pada tahun 2005, tapi aparat berwenang di AS tidak mengabulkannya dengan alasan keamanan nasional.
Atas kasus tersebut, American Civil Liberties Union (ACLU) mengajukan gugatan terhadap pemerintah AS, atas nama American Academy of Religion, American Association of University Professors dan PEN American Center. Ketiga organisasi itu telah mengundang Ramadan sebagai pembicara tamu.
Juru bicara departemen luar negeri AS, Janelle Hironimus mengatakan, pemerintah AS tidak mengizinkan Ramadan masuk ke AS semata-mata karena tindakannya yang telah memberikan bantuan material pada organisasi teroris. Sementara menurut ACLU, Ramadan hanya memberikan sumbangan sebesar 765 dollar pada organisasi kemanusiaan Perancis dan Swiss yang memberikan bantuan pada rakyat Palestina pada tahun 2000.
Organisasi bantuan untuk rakyat Palestina itu, oleh AS dimasukkan dalam daftar hitam teroris oleh AS, padahal di Eropa organisasi ini tidak dianggap membahayakan.
Banyak yang mengira, termasuk Ramadan sendiri, pemerintah AS sengaja ‘menghukum’ para cendikiawan Muslim yang sudah mengkritik kebijakan perang Bush di Irak.
"Masalah sebenarnya bukan Profesor Ramadan, tapi pemikiran-pemikirannya," kata Jameel Jaffer, kuasa hukum kasus pengusiran Ramadan. Jaffer menuding pemerintahan Bush sudah menyalahgunakan undang-undang imigrasi untuk ‘membungkam kritik-kritik tajam dan menyensor adanya perdebatan politik di dalam negeri AS.’
Komentar Ramadan
Ramadan menyatakan, sumbangan yang diberikan pada lembaga sosial Committee for Charity yang berbasis di Perancis untuk membantu rakyat Palestina, dipandang AS sebagai dukungan terhadap gerakan Hamas, yang oleh AS dimasukkan dalam daftar organisasi teroris.
Menurut Ramadan, saat ia memberikan sumbangan itu, AS belum memasukkan Hamas dalam daftar organisasi teroris, lagi pula lembaga sosial Committee for Charity adalah organisasi yang sah di Perancis. Bahkan kota Lille di Perancis sudah bekerjasama dengan organisasi itu selama beberapa tahun.
"Ini ideologi penolakan. Ini adalah satu-satunya cara untuk membenarkan keputusan mereka setelah penyelidikan yang sudah berlangsung selama dua tahun," kata Ramadan pada surat kabar New York Times.
"Ketakutan Bush yang sebenarnya adalah pemikiran-pemikiran saya. Saya dikesampingkan bukan karena pemerintah benar-benar meyakini bahwa saya adalah ancaman keamanan nasional, tapi karena kritik-kritik saya terhadap kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah. Karena saya menentang invasi ke Irak dan karena kritik saya atas sejumlah kebijakan Bush terkait dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia," sambung Ramadan.
Ramadan adalah salah seorang cendikiawan Muslim yang oleh majalah Times dimasukkan dalam 100 tokoh inovator abad 21, atas kontribusinya dalam dunia Islam di Eropa. Akademisi di Inggris dan Eropa mengakui reputasinya sebagai pakar masalah-masalah Islam yang moderat.
Ramadan sudah menulis 20 buku dan sekitar 700 artikel tentang Islam, salah satu karyanya adalah ‘Western Muslims and the Future of Islam’. Tariq Ramadan tanpa kenal lelah mendorong warga Muslim minoritas di seluruh Eropa untuk melebur dengan masyarakat Eropa di tempat mereka masing-masing. (ln/iol)