Kepala Polisi Dubai melontarkan pernyataan yang cukup berani dan mengagetkan Barat, utamanya AS. Dalam pertemuan forum keamanan internasional di Bahrain, Letnan Jenderal Dhahi Khalfan Tamim megatakan bahwa AS memegang peranan penting atas munculnya kelompok Al-Qaidah.
Tamim juga menyatakan bahwa kehadiran AS di Irak telah menyebabkan umat Islam makin radikal. "Kami, orang-orang Arab dituduh terkait terorisme tak peduli seberapa besar usaha yang kami lakukan untuk meyakinkan orang-orang Amerika, " tukasnya.
Ia menegaskan, sikap AS terhadap bangsa Arab berubah sejak serangan yang terjadi pada 11 September, diikuti dengan invansi AS ke Irak serta dan perang AS yang dinilai sebaga "perang terhadap peradaban", semuanya itu telah mendorong umat Islam menjadi lebih radikal.
Terkait al-Qaidah, Tamim mengatakan bahwa AS sudah menciptakan "Setan" bernama Al-Qaidah karena AS-lah yang membantu pemimpin Al-Qaidah Usamah bin Ladin ketika masih menjadi pejuang mujahidin melawan penjajahan Soviet di Afghanistan di era tahun 1980-an. Menurut Tamim, para pakar dari Barat-lah yang mengajarkan para pengikut al-Qaidah bagaimana cara membuat bom.
"Serangan tahun 2001 di New York dan Washington adalah ‘kejahatan besar’ dan tidak bisa dibiarkan tanpa hukuman. Tapi peristiwa itu tidak bisa menjadi pembenaran atas perlakuan AS terhadap bangsa Arab dan invasi ke Irak, " kata Tamim yang menyebut invasi AS ke Irak sebagai tindakan "provokasi terhadap milyaran umat Islam. "
"Bagaimana bisa seorang Arab menerima satu orang asing yang berkeliaran di jalan-jalannya dengan membawa senjata, " tandas Tamim di hadapan peserta forum, antara lain mantan Menteri Dalam Negeri Michael Howard dan Deputi Menlu Iran Manouchehr Muhammadi.
Pidato Tamim disambut tepuk tangan para peserta dari Timur Tengah, tapi cukup mengejutkan bagi peserta dari negara-negara Barat. Forum yang dihadiri oleh menteri-menetri, para duta besar dan pejabat pemerintah dari Timur Tengah, Eropa, Asia dan AS kaget mendengar pernyataan-pernyataan Tamim yang menyinggung AS, karena Dubai termasuk sekutu dekat Negara Paman Sam itu.
Salah seorang peserta, Brian Jenkins dari Rand Coorporation-lembaga think tank yang beranggotakan para pakar terorisme-yang juga mantan penasehat pemerintah AS merespon pernyataan Tamim dengan mengatakan, "Kebanyakan orang Amerika tidak percaya kampanye anti-al-Qaidah adalah ‘perang agama’, atau konflik untuk melawan Islam, atau konflik terhadap peradaban. "
Namun Jenkins menambahkan, "Saya pribadi percaya bahwa invasi ke Irak merupakan kekacauan yang sangat berbahaya yang justru menghidupkan kembali al-Qaidah. "
"Saya sepertinya haru setuju dengan Jenderal Tamim bahwa beberapa keputusan yang diambil atas nama ‘perang melawan terorisme’ bertentangan dengan nilai-nilai Amerika dan secara strategis bisa dikatakan keputusan yang bodoh, " sambung Jenkins. (ln/alarby)