Presiden Suriah Bashar Al Assad/Net
eramuslim.com – Langkah Suriah untuk bergabung dengan Belt and Road Initiatives (BRI) China dinilai dapat memperburuk krisis ekonomi yang dihadapi negara konflik itu.
Presiden Suriah Bashar Al Assad terkesan dengan inisiatif Beijing untuk menggagalkan intervensi militer Barat langsung di bawah Dewan Keamanan PBB.
Assad berharap, masuknya Suriah ke dalam BRI akan membantu dalam meningkatkan kerjasama bilateral dengan China dan kerjasama dengan negara-negara lain di sepanjang BRI, yang akan memungkinkan untuk menghindari dampak sanksi AS terhadap negara tersebut.
Namun, BRI seringkali dikaitkan dengan jebakan utang China yang kerap menjerat negara-negara dunia ketiga. Bergantungnya Suriah pada China juga bisa memicu risiko.
Dikutip ANI News, China memanfaatkan keputusasaan Suriah yang tengah kesulitan menghadapi krisis ekonomi sejak perang saudara pada 2011.
Kehadiran proyek-proyek China di Suriah akan meningkatkan pengaruh Beijing di Timur Tengah. Suriah disebut berada di bawah radar China karena mewakili koridor ke Laut Mediterania, yang melewati Terusan Suez dan menghubungkan China ke Benua Afrika dan Eropa.
Ekonomi Suriah telah hancur oleh perang dan menyaksikan kehancuran besar-besaran infrastruktur senilai 120 miliar dolar AS. Sesuai perkiraan PBB, pembangunan kembali Suriah yang dilanda perang akan membutuhkan sekitar 250-400 miliar dolar AS.