Polisi China kembali menembak mati empat belas Muslim di provinsi yang berpenduduk mayoritas Muslim China Xinjiang , menambah daftar penindasan pemerintah Cina atas minoritas Muslim di wilayah ini .
” Penggunaan penyalahgunaan kekuatan oleh otoritas Cina di daerah tersebut telah mencabut hak Muslim Uighur untuk hidup , ” ujar Dilxat Raxit , juru bicara Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Munich , kepada Agence France Presse ( AFP ) pada hari Senin, 16 Desember.
Menurut laporan singkat dari kantor berita Tianshan , peristiwa tersebut terjadi pada larut malam di Shufu County dekat Kashgar , Xinjiang.
Berita lokal yang dikuasai pemerintah China mengatakan bahwa polisi mencoba untuk menangkap tersangka sekelompok ” perusuh ” yang menyerang dengan menggunakan bahan peledak dan pisau .
Dua petugas polisi tewas , sementara polisi menembak mati 14 penyerang dan menangkap dua orang lainnya , menurut laporan tersebut . Investigasi peristiwa tersebut masih berlangsung , katanya .
Semua 14 orang yang dibunuh oleh polisi adalah Muslim Uighur dan dua dari korban adalah anak di bawah umur .
Tiga penyerang tersebut , menurut berita tersebut dikenal sebagai Usmen Hasan , istri dan ibunya , berada di antara orang yang gugur.
Beijing menggambarkan serangan tersebut sebagai ” terorisme ” separatis yang didukung oleh Gerakan Islam Turkestan Timur militan .
Juru bicara kementerian luar negeri China Hua Chunying mengatakan insiden terbaru tersebut menunjukkan sekali lagi sifat anti – manusia dan anti – masyarakat dari sikap kelompok-kelompok teroris ” .
Muslim Uighur adalah minoritas di China yang berbahasa Turki dari delapan juta di wilayah Xinjiang barat laut .
Xinjiang , yang aktivis mereka menyebut mereka sebagai Turkestan Timur , telah berdiri sendiri sejak tahun 1955 namun terus menjadi subyek tindakan kekerasan oleh keamanan pemerintah Cina.
Kelompok-kelompok HAM menuduh pihak berwenang China melakukan represi agama terhadap Muslim Uighur di Xinjiang atas nama perang terhadap terorisme .
Keluhan penindasan atas Muslim Uighur di Xinjiang jarang didokumentasikan dalam media media pemerintah China .
Muslim menuduh pemerintah China menempatkan jutaan warga etnis Han di wilayah mereka dengan tujuan utama menghapus identitas dan budaya Muslim Uighur.
Para pengamat mengatakan kebijakan mentransfer warga China Han ke Xinjiang untuk mengkonsolidasikan otoritas Beijing dengan meningkatkan proporsi Han di wilayah tersebut dari lima persen pada tahun 1940 menjadi lebih dari 40 persen pada saat ini.
Beijing memandang wilayah Xinjiang yang luas sebagai aset yang tak ternilai karena lokasinya yang strategis dan penting yang dekat Asia Tengah dan memiliki cadangan minyak dan gas yang besar . (OI.Net/KH)